“Oi mande….mano mande, oi mande kanduang. Alah lamo indak basuao. Lai taragak denai nak pulang. Pitih nan sanyuik jo apo den manyubarang,” mendayu vocal wartawan Singgalang, Syafri Piliang. Nyaris serupa suara penyanyi aslinya, Almarhum Zalmon.
Wartawan Surat Kabar Harian Padang Exspres, Zufia Anita, wartawan Haluan, Maryadi, waryawan Koran Padang, Juprial Melayu, Penata Hubungan Masyarakat Dinas Kominfo, Amrijal, dan, Adrial alias Ale serta Erman Ali wartawan Online ikut pula menyumbangkan suara merdunya. Begitu juga saya, menyumbang sebuah tembang lawas berjudul ” Buih Jadi Permadani”. Benar- benar bahagia para jurnalis ini.
Waktu terus berlalu, matahari perlahan masuk keperaduan tenggelam di upuk barat, pertanda malam menjelang. Bus Pariwisata Nyaman Holiday mendarat di depan Masjid berukuran sedang di kawasan Provinsi Jambi. Azan Magrib menggema syahdu, mengetuk relung hati, menyejukkan telinga. Kami pun bergegas turun dari bus, mengambil wuduk dan melaksanakan salat. Kemudian Bus kembali melaju menembus malam dan kabut jalanan. Dinginnya semburan Air Conditioner ( AC) kian terasa dingin menusuk lobang pori- pori. Lapisan baju, jaket serta selimut ukuran kecil yang disediakan pemilik bus sedikit meredakan dingin menghangatkan tubuh.
Beberapa orang dari awak media ini tak henti berkelakar, ada- ada saja yang dijadikan bahan candaan. Mulai dari cerita perangai, sampai pula cerita politik yang memang lagi tren saat itu. Kadang bersitegang urat leher mempertahankan argumen, kemudian ketawa renyah. Ya, begitulah jika kaum intelektual sudah ngumpul, ada saja ide yang dijadikan pembahasan.
Malam semakin larut, ngatuk menyerang tak terhankan. Para penulis berita ini terlelap pulas dalam mimpi. Waktu berputar, malam pun berlalu disambut pagi. Bus yang membawa kami berhenti di salah satu Masjid di kawasan Sumatera Selatan. Azan subuh berkumandang merdu membangunkan kami. Awak media ini bergegas turun dari bus. Mengambil wuduk dan melaksanakan salat. Usai salat para kuli tinta ini melepas lelah sesaat sembari selonjoran serta merebahkan badan, ada pula yang menghisap cigarettes, asapnya membumbung tinggi ke awang awang dan hilang diterpa angin.
Sinar matahari pagi mulai menghalau kelam menerangi bumi. Kami pun kembali melanjutkan perjalanan menyapu debu jalanan, melindas kerasnya aspal. Kurang lebih pukul 13.15 Minggu (18/2/2024) kami mendarat di pelabuhan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, membelah selat penghubung Pulau Sumatera dan Jawa itu.
Kapal Ferry bergerak perlahan memecah ombak laut tak bertepi meninggalkan pulau Sumatera menuju Pulau Jawa. Desiran angin terdengar jelas menerpa telinga. Disisi lain, sejumlah awak media menikmati santap siang, lahap benar mereka makan. Sejumlah kapal tanpak hilir mudik mengantarkan penumpang ke tempat tujuan.
Gundukan pulau pulau kecil terlihat hijau mempesona. Butiran pasir putih didaratan pulau bagaikan bentangan permadani putih, indah. Perahu perahu kecil milik nelayan mengapung terombang ambing disapu riak riak air lautan. Sejauh mata memandang, decak kagum bergumam dalam hati “begitu indah tuhan menciptakan alam ini”.
Hampir tiga jam mengarungi selat sunda, tibalah kami di pelabuhan Merak, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon Banten. Sebentar lagi sampai di Kota Jakarta. Bus Pariwisata Nyaman Holiday kembali melindas kerasnya aspal jalanan, menembus wilayah Serang, Cikande, dan Tanggerang. Untung saja hari itu jalanan Ibu Kota Jakarta tidak macet. Dalam waktu kurang lebih 2 jam perjalanan, sebelum malam menjelang kami pun tiba di tempat penginapan di Mangga Dua Square, Jakarta Utara.
Dua hari satu malam diperjalanan, lelah menyergap, rasa penat menyelimuti seluruh sendi. Obatnya mandi air hangat dan tidur. Siang berganti senja. Saya sekamar dengan Wartawan senior Surat Kabar Harian Singgalang, Syafri Piliang. Pria jangkung ini langsung pulas tak kala tubuhnya rebah di kasur empuk Hotel Ibis tempat kami menginap. Siang beganti senja, sinar lampu gedung- gedung pencakar langit tampak indah dari ketinggian lantai 9 Hotel Ibis.
Jl. Gunung Sahari Raya No. 1, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Mangga Dua Square itu tetap ramai lancar meski kelam menyelimuti. Sejumlah Ojol hilir mudik mengantarkan tumpangan dan pesanan pelanggan. Malam berlalu begitu cepat disambut pagi nan cerah. Beberapa orang jurnalis dan pendamping ( OPD ) menikmati sarapan pagi di Restoran Hotel. Tubuh mereka dibalut pakaian batik dengan beragam motif cantik. Ada pula memakai kostum warna putih. Semua berpenampilan necis, serupa dengan wakil rakyat di gedung bundar sana.