Perjuangan Guru Honor di Pelosok Dharmasraya
Menjalani profesi sebagai seorang guru di daerah pelosok tidaklah mudah, butuh perjuangan dan kesabaran. Berbagai tantangan harus dihadapi demi mencerdaskan anak bangsa. Dari sekian banyak guru yang mengajar di daerah pelosok, salah satunya adalah Elfira ( 33) guru honorer. Dia mengajar di SD Negeri Filial 04 Kecamatan Timpeh, Kampung Jao, Nagari Panyubarangan, Kabupaten Dharmasraya, sejak tahun 2006 silam.
Guru muda yang memiliki sepasang anak ini tinggal di Jorong Sitiung, Nagari Sitiung, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya. Jarak tempuh sekolah dari kediamannya kurang lebih 40 kilometer, dengan waktu perjalanan 3 jam.
Untuk sampai ke sekolah, dia harus melintasi sungai, jalan mendaki, menurun, terjal belumpur dan hutan perkebunan serta jembatan kayu. Tergelincir, jatuh, lalu bangun lagi, bergelimang lumpur menjadi bumbu wajib bagi pahlawan tanda jasa ini, apalagi dimusim hujan.
Berangkat pagi dan pulang sore hari merupakan tugas wajib yang harus dia lakoni setiap hari, semata- mata untuk memberikan pendidikan bagi anak- anak pelosok negeri Dharmasraya.
Menurut istri Adi Candra (35) ini, sejak mengabdikan diri pada tahun 2006 lalu hingga sekarang dirinya tetap bersemangat mengajar anak-anak di daerah pelosok Kampung Jao, Nagari Panyubarangan, Kabupaten Dharmasraya. Walaupun untuk melalui semua itu, pakaianya harus kotor oleh tanah. Bahkan rekan seprofesinya sesama guru yang mengajar ditempat yang sama harus membawa sejata tajam untuk jaga- jaga lantaran melewati hutan perkebunan dan semak belukar.
Berawal dari keinginan orang tua murid sebanyak 20 orang yang terdiri dari kelas 1, 2, dan 3 yang bersedia mengantar anak-anaknya ke SDN 04 Timpeh di Nagari Panyubarangan. Namun pihak sekolah sepakat untuk mengajar ke Kampung Jao tersebut.
“Kita para guru dan kepala sekolah diberi pilihan untuk menunggu siswa di sekolah atau mengajar di Kampung Jao. Maka kita sepakat untuk mengajar ke Kampung Jao, ” ungkapnya