Ketua DPRD Sumbar Dukung Produk SMK Batik Braja

Ketua DPRD Sumbar, Supardi meninjau dan mengapresiasi proses produksi hingga pemasaran 'Batik Braja' yang merupakan hasil kolaborasi tiga SMK di Kota Padang, yakni, SMK 4, SMK 8 dan SMK 2, Jumat (8/9).

PADANG – Ketua DPRD Sumbar, Supardi meninjau dan mengapresiasi proses produksi hingga pemasaran ‘Batik Braja’ yang merupakan hasil kolaborasi tiga SMK di Kota Padang, yakni, SMK 4, SMK 8 dan SMK 2, Jumat (8/9).

Bekerja sama dengan industri, yakni CV Novia, hingga saat ini ketiga sekolah tersebut terus memproduksi dan memasarkan batik dengan melibatkan alumni, siswa dan juga guru.

Supardi datang langsung melihat proses pembuatan batik di sekolah-sekolah tersebut, mulai dari proses pencetakan desain batik di SMK 4. Lalu proses memindahkan desain ke kain dan penjahitan di SMK 8. Hingga ke proses pemasaran di SMK 2.

Kepala SMK 4, Sahfalevi mengatakan ketiga sekolah ini ditetapkan sebagai sekolah yang mengikuti program pemerintah pusat yakni program SMK PK (Pusat Keunggulan).

Program telah diikuti sejak Tahun 2022. Mengikuti program ini, ketiga sekolah mendapatkan bantuan dana dan juga sejumlah alat, yakni diantaranya alat cetak desain dan alat mesin pres yang berupa memindahkan desain batik ke kain.

” Hingga saat ini Batik Braja telah memproduksi seragam batik untuk seluruh SMA dan SMK se Sumatera Barat. Ada pula pesanan dari dinas-dinas dan sejumlah pesanan lain. Kami berharap nanti pemasaran akan semakin luas. Baru-baru ini kami juga mendapatkan tawaran dari provinsi tetangga,” ujarnya.

SMK 4 merupakan hulu dengan memproduksi dasar kain batik, semi hilirnya SMK 8 yang merancang kain batik hasil menjadi produk textile. Sementara untuk pemasaran dilakukan oleh SMK 2 sebagai hilirisasi.

“Konsep hulu ke hilir yang diterapkan perlu kita dukung, sehingga tiga sekolah ini bisa terus mengasah jiwa entrepreneur siswa yang bermanfaat untuk masa depan anak dan daerah,” kata Supardi.

Dia mengatakan penanaman nilai-nilai entrepreneur merupakan sebuah proses, tidak ada jurusan kusus pada pendidikan formal untuk menumbuhkan jiwa itu. Namun lingkungan bisa menjadi salah satu faktor mengasah bakat alami seseorang (entrepreneurship-red).

“Jadi kolaborasi yang dilakukan oleh SMK 4 SMK 8 dan SMK 2 bisa dijadikan role mode untuk siswa sebagai bekal masa depan, sehingga saat lulus siswa bisa menerapkan proses-proses yang telah dilalui sebagai individu yang mandiri,” katanya.

Dia mengungkapkan produk yang dihasilkan oleh tiga SMK di Kota Padang pada bidang textile tidak kalah dengan produk yang dihasilkan oleh industri besar. Jika diperkuat lagi, bukan tidak mungkin bisa merambah pasar internasional. Proses terus berjalan, kedepan produk SMK asal Sumbar diyakini bisa diperagakan pada expo-expo kelas dunia.

“Kedepan kita mendorong pemerintahan provinsi bisa memberikan perhatian lebih terhadap SMK-SMK yang ada, terutama yang memiliki potensi. Seperti SMK 2 Padang yang memiliki tempat pemasaran produk, kedepan kita akan jadikan SMK 2 sebagai pusat penjualan produk-produk SMK se Sumbar,” katanya.