Ketua PERTI Sumbar H. Leonardy Harmainy, Desak Status Bencana Sumbar jadi Bencana Nasional

H. Leonardy Harmainy

 

PADANG– Ketua Majelis Dewan Pembina Pimpinan Daerah Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Provinsi Sumatera Barat, H. Leonardy Harmainy Dt. Bandaro Basa, S.IP., MH mengajak semua elemen yang ada di Sumbar dan perantauan untuk terus menyuarakan bencana lahar dingin, longsor dan air bah yang terjadi di sejumlah daerah di Sumatera Barat sebagai bencana nasional.

Suara kita ini penting dalam mendesak Presiden menetapkan bencana Ranah Minang sebagai bencana nasional.

“Kita harus terus menyuarakan agar bencana yang terjadi di Sumbar ini sebagai bencana nasional. Secara eskalasi bencana menimpa 6 kabupaten/kota yang ada di Sumbar. Korban jiwa dan harta pun tak sedikit. Ini bentuk empati kita kepada korban sehingga penanganannya lebih baik, lebih luas dan lebih cepat,” ujar Ketua Badan Kehormatan DPD RI itu, Rabu 15 Mei 2024.

Hal ini penting, karena dengan bencana di lahar dingin, longsor dan air bah sudah memenuhi penetapan syarat penentuan status bencana yang terjadi. Diantaranya jumlah korban, kerugian harta benda, kerusakan prasarana dan sarana, cakupan luas wilayah yang terkena bencana dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.

“Kita berharap, dengan ditetapkannya sebagai bencana nasional, perhatian dan penyelesaian terhadap akar penyebab bencana akan lebih fokus sehingga bencana lanjutan dapat diminimalisir,” tegasnya.

Dikatakannya, akibat bencana pada Sabtu 11 Mei 2024 dan Minggu 12 Mei 2024, sudah menimbulkan dampak yang signifikan. Beberapa ruas jalan termasuk jalan nasional terputus akan berdampak pada perekonomian daerah. Akibat arus distribusi barang dan pergerakan orang-orang semakin jauh tentu mengakibatkan lonjakan harga kebutuhan pokok. Ini harus jadi perhatian bersama.

Ditambahkan Leonardy, saat ini korban tewas tercatat sebanyak 58 orang, 35 orang hilang, 37 orang luka-luka, serta 3.396 jiwa mengungsi. Adapun rincian korban meninggal dunia di antaranya Kota Padangpanjang 2 orang, Kabupaten Agam 20 orang, Kabupaten Tanahdatar 19 orang, Kota Padang 1 orang, Kabupaten Padangpariaman 8 orang.

Ditambahkan Leonardy lagi, Pemerintah Kabupaten Tanah Datar telah memaparkan akibat bencana itu rumah warga yang rusak berat sebanyak 84 unit, rusak sedang 125 unit dan rusak ringan 17 unit.
Sedangkan rumah warga yang hanyut diterjang air sebanyak 6 unit, jembatan rusak sebanyak 27 unit, fasilitas pendidikan sebanyak 1 unit, tempat ibadah 1 unit dan irigasi rusak sebanyak 33 unit. Lahan pertanian warga yang rusak diterjang air seluas kurang lebih 150 hektare dan hewan ternak (sapi dan kambing) warga yang hanyut sebanyak 41 ekor.

Pemkab Tanah Datar menymapaikan korban meninggal dunia di daerahnya 19 orang, luka-luka 20 orang dan korban hilang sebanyak 14 orang. Kendaraan bermotor roda 4 sebanyak 46 unit dan kendaraan roda 2 sebanyak 115 unit.
Saat ini pun masih dilakukan pencarian 29 orang korban yang masih belum ditemukan. Proses pencarian dibantu oleh Basarnas, TNI, Polri, relawan, masyarakat dan lainnya. Dan untuk melakukan pencarian selain manual juga menggunakan drone termal.

Sementara Pemerintah Kabupaten Agam mengatakan seluas 240,65 hektare lahan pertanian di daerah itu mengalami rusak dengan kerugian Rp4,86 miliar, akibat diterjang banjir bandang, Sabtu (11/5). Lahan pertanian yang rusak terbagi atas padi, cabai, bawang daun, wortel, bawang merah dan lainnya. Ternak yang mati atau hilang berupa kambing 14 ekor, sapi tiga ekor, kerbau empat ekor dan ayam 120 ekor. Ini berdasarkan pendataan yang meraka lakukan di sembilan kecamatan.
total luasan lahan rusak sebesar 41 hektar, dengan rincian di Kecamatan Canduang 20 hektar dan Ampe Angke 21 hektar.

Bencana tersebut juga mengakibatkan kerusakan pada sektor infrastruktur publik, seperti saluran irigasi di 6 lokasi, drainase dan sejumlah jembatan rusak berat. Jalan rusak berat sepanjang 1 km di Jalan Lingkar Kampung Patalangan menuju Tabek Barawak. Kemudian, jalan rusak 1 km pada ruas jalan Simpang Bukit menuju Lasi.
Pemerintah Kota Padang Panjang kerugian material akibat bencana alam diperkirakan lebih kurang Rp5 miliar. Meluapnya air sungai Lubuk Mata Kucing mengakibatkan putusnya jalan ke Nagari Singgalang Kabupaten Tanah Datar, pemandian Lubuk Mata Kucing dibawa arus Sungai. Begitu juga dua warung masyarakat di sana.
Luapan air Batang Aia Sangkua mengakibatkan dua unit rumah di pinggir sungai hanyut. Korban jiwa atas nama Ratna Yulidawati (40) dan Fikri (15). Sementara Elnawati (29) dirawat di RSUD Padang Panjang.