PADANG – Dibandingkan walikota sebelumnya, Fadly Amran gagal di Padang Panjang. Berdasarkan hasil survey dari SBLF Myriset Konsultan Indonesia dengan 400 responden, menggunakan metode multistage random sampling di seluruh kecamatan dan kelurahan di Kota Padang Panjang pada 3 – 5 November. Salah satu pertanyaan yang diungkap adalah ‘Kinerja 3 mantan Walikota Padang Panjang. Secara Keseluruhan yang mana lebih baik menurut Bapak/Ibuk/saudara ex Walikota Padang Panjang Suir Syam, Hendri Arnis dan Fadly Amran?’.
Dari hasil di dapatkan, posisi pertama, Suir Syam dengan 45,98 persen. Selanjutnya, Hendri Arnis 43,22 persen dan Fadly Amran 10,80 persen. “Dari hasil yang didapatkan sungguh mencenggangkan. Masa kepempimpinan dua pasangan sebelumnya jauh betul. Suir Syam 2008 – 2013, lanjut Hendri Arnis 2013 – 2018. Bertarung kembali Hendri Arnis dan kalah. Fadly Amran jadi Walikota Padang Panjang periode 2018 – 2023. Yang membuat kami kaget sebagai mantan walikota paling dekat waktunya dari hari ini. Harusnya kalau lebih baik, beliau tidak akan meninggalkan Padang Panjang. Ini kenapa? Akhirnya terjawab, kinerja walikota sudah didapat oleh pak Fadly Amran, bahwa beliau tidak dapat tempat dan kepuasan kinerja tidak lebih bagus sehingga kalau tetap maju di Padang Panjang, faktor keterpilihan berat,” jelas Direktur SBLF Myriset Konsultan Indonesia, Edo Andrefson.
Artinya, kata Edo Andrefson, dari survey ini terjawab sudah, kenapa Fadly Amran meninggalkan Padang Panjang. Itu karena kepuasan kinerja tidak signifikan, akhirnya lompat pagar ke daerah baru, Kota Padang. “Ini jadi pertanyaan bagi masyarakat Kota Padang. Apakah Padang menjadi tempat pelarian mantan Walikota Padang Panjang yang belum sukses memimpin daerahnya sendiri. Pertanyaan itu sudah menjawabnya di survey, salah satu alasan Fadly Amran tak maju di periode kedua. Ini tak pernah terjadi sebelumnya di Sumatera Barat, ada satu kandidat tidak menyelesaikan dua periode, melainkan dia lompat pagar ke daerah lain. Itu belum pernah kejadian. Kalaupun ada, seperti Hendri Arnis lah. Pada 2018, ia mencalonkan lagi, tapi kalah. Dan sekarang maju lagi, sebagai Calon Walikota Padang Panjang Hendri Arnis 2024 – 2029, dengan nomor urut 3,” tegasnya.
Edo Andrefson pun menilai agaknya Fadly Amran sedang berhitung dengan kekuasan dan materil yang ia dapatkan. Padang Panjang kota kecil dengan dua kecamatan dan APBD tak seberapa, dan Padang, kota besar ibukota provinsi, 11 kecamatan dengan APBD diatas Rp2 triliun.
“Tergambarnya, sepertinya langkah Fadly Amran berhitung, dengan ketidakpuasan cukup baik di Padang Panjang dan apa yang bisa di manfaatkan dengan kota sebesar Kota Padang,” ucapnya. Lebih lanjut dijelaskannya, secara angka di lapangan, Hendri Arnis – Alex Saputra Paslon Nomor Urut 3 diterima masyarakat Kota Padang Panjang.
Jika dilihat dari hasil survey, kinerja kepuasan masyarakat terhadap Mantan Walikota Padang Panjang Suir Syam cukup tinggi dibandingkan Hendri Arnis. Artinya, Edwin yang kala itu menjadi Wakil Walikotanya mendapatkan limpahannya. Nah, itulah menjadi dinamika yang cukup bagus dalam pilkada Kota Padang Panjang.
“Walaupun, hasil surveynya Hendri Arnis ‘berkejaran-kejaran dengan Edwin. Tapi masih unggul Hendri Arnis – Alex Saputra. Kita tunggu hasilnya usai pencoblosan 27 November,” ucapnya.
Terkait Pilkada Kota Padang, Edo Andrefson tak mau terpancing merilis hasil sendiri, karena Kredibel Riset & Konsultan sudah melakukan survey, dengan Paslon Nomor Urut 3, Hendri Septa – Hidayat unggul dengan peroleh 34,2%, Fadly-Maigus 25,8% dan Iqbal-Amasrul 9,4%. Begitu juga Spektrum Politika sudah merilis hasilnya dengan Fadly Amran – Maigus 57 %, Hendri Septa – Hidayat 29,8% dan Iqbal – Amasrul 6,5 %. Edo Andrefson pun menyayangkan hasil survey September ditayangkan oleh Spektrum Politika hari.
“Angka Fadly Amran – Maigus mendapatkan 57% itu survey September. Masa survey September ditayangkan hari ini, emang ndak ada survey terbaru. Survey terbaru, Fadly Amran itu sudah jatuh 40 persen,” tegas Edo Andrefson.
Lebih lanjut dikatakan Edo Andrefson, selisih dari ketiga kandidat di Pilkada Padang itu cukup tipis.
“Karena Fadly Amran – Maigus sudah di bawah 40 persen, maka otomatis paslon lainnya, seperti Hendri Septa – Hidayat dan Iqbal – Amasrul, ada 20% dan 30%. Hendri dan iqbal masih ada kemungkinan saling kejar,” tegasnya.
Artinya, kata Edo Andrefson, trend kecenderungan terakhir ini, Paslon 1 Fadly Amran – Maigus Nasir menurun. Paslon 2 Iqbal – Amasrul dan Paslon 3 Hendri Septa – Hidayat mendapatkan limpahan suaranya. (*)