BUKITTINGGI – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bukittinggi berkolaborasi dengan Kementerian Informasi (Kominfo) RI menggelar seminar Nasional Literasi Digital.
Seminar yang dilaksanakan secara offline dan online itu mengambil tema “Sinergi Inovasi Bukittinggi Makin Cakap Digital.
Seminar yang dipusatkan di rumah dinas Walikota Bukittinggi itu menghadirkan beberapa narasumber seperti Raihan Ariatama (Ketua Umum PB HMI), Afridian Wirahadi Ahmad (Rektor Universitas Muhammad Nasir) Asrial Gindo (Wartawan Harian Singgalang) Firdaus (Ketua DPD KNPI Bukittinggi, Aryanda Putra (Ketua Umum HMI Cabang Bukittinggi) dan Moderator Iqbal Verna Winata.
Asrial Gindo sebagai salah satu pemateri dalam seminar itu diminta memaparkan tentang hoaks, intoleransi dan radikalisme di ruang siber.
Mantan ketua PWI Bukittinggi itu menjelaskan persoalan hoaks atau kabar bohong bukan hal yang baru dalam sejarah umat manusia.
Karena sejak zaman nabi berita bohong atau palsu itu sudah pernah terjadi seperti Aisyah (istri nabi) dituduh berselingkuh. Selain itu pasca nabi wafat juga berkembang hadis hadis palsu.
Semua itu termasuk berita bohong atau hoax yang pernah ada pada zaman dahulu.
Hanya saja penyebaran berita hoaks (bohong) itu tidak semudah seperti saat ini.
Waktu itu penyebaran berita hoaks itu disampaikan secara tradisional melalui mulut ke mulut sehingga menyebar luas di kalangan umat.
Sedangkan di zaman teknologi canggih atau zaman digital saat ini. Penyebaran hoaks itu semakin mudah dan tidak terbendung.
Karena setiap orang bisa membuat konten konten dan narasi narasi yang berbau hoaks, Sara dan radikal.
Kemudian konten dan narasi itu bisa cepat tersebar luas karena ada didukung dengan media sosial yang sangat mudah diakses oleh masyarakat.