“Lalat ini hanya minum, dan tidak memakan apa pun. Lalat Black Soldier tidak merupakan vector penyakit seperti lalat sampah yang hinggap di tumpukan sampah. Lalat ini bersih dan bersahabat dengan manusia berdasarkan manfaatnya,” tuturnya.
Seekor lalat Black Soldier betina mampu menghasilkan 500-900 telur dalam sekali perkawinannya, yang kemudian menetas dan menjadi larva. Larva inilah yang disebut dengan maggot.
“Dalam sehari seekor maggot mampu mengkonsumsi makanan sebanyak dua kali dari berat beban tubuhnya. Makanan larva adalah sampah sampah organik, di mana sampah organik ini menjadi salah satu permasalahan lingkungan,” katanya lagi.
Dengan adanya maggot yang mengkonsumsi sampah organik, maka didapatlah manfaatnya yakni bisa menekan jumlah sampah organik yang ada di lingkungan, seperti limbah dapur yakni sisa potongan sayur – sayuran, nasi basi dan sampah organik lainnya. Larva ini memanfaatkan limbah organik sebagai sumber makanannya.
Larva lalat tentara hitam mengandung protein dan asam amino yang lengkap, sehingga dapat digunakan sebagai sumber pakan alternatif yang baik untuk sebagian hewan ternak seperti unggas, ikan, serta sebagian hewan peliharaan seperti iguana, burung berkicau dan hewan peliharaan lainnya.
“Maggot juga mengandung anti jamur serta anti mikroba sehingga bila diasup oleh ikan akan tahan terhadap penyakit yang disebabkan jamur dan bakteria. Diluar itu, organ penyimpanan maggot yang disebut trophocytes berfungsi sebagai tempat menyimpan kandungan gizi yang ada pada media kultur yang dimakannya,” ucapnya.
Pada fase Pre Pupa, berlangsung selama kurang lebih 7 hari. Saat menjadi pupa yang berlangsung kurang lebih 10 hari, ia tidak banyak bergerak sampai akhirnya berubah menjadi lalat tentara hitam.
Maggot BSF memiliki siklus metamorfosis sempurna dan memiliki 5 fase siklus metamorfosis dalam hidupnya. Siklus hidup larva ini terjadi + selama 40 hari, dimulai dari fase telur, larva, prepupa, pupa kemudian menjadi lalat Black Soldier Fly dewasa.
“Alhamdulillah kami sangat berterimakasih sekali, atas bantuan Program bantuan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sumatera Barat (sumbar) yang di Hari Pahlawan 10 November 2024 lalu memberikan kami bantuan total Rp100 juta,” ucapnya kepada Topsatu.com, Kamis (14/11/2024).
Bantuan TJSL PLN ini direalisasikan untuk Upskilling Value Creation BSF MinaGot Sumbar, diantaranya untuk pelatihan teknik operasional mesin pelet apung dan pembuatan formulasi pakan untuk 6 orang anggota. Selain itu juga untuk pembelian bahan-bahan ujicoba mandiri, modal usaha pembuatan pakan berstandar, biaya uji kualitas pelet, serta pengadaan mesin pengaduk dan mesin packaging produk hasil maggot.
“MinaGot Sumbar adalah pahlawan sampah, kelompok ini bergerak dari tahun 2019, mengelola sekitar 1,7 ton sampah organik di Kota Padang dan sekitarnya setiap bulannya, untuk menjadi produk yang lebih bermanfaat dan berdaya guna,” kata General Manager PLN UID Sumbar, Ajrun Karim.