Oleh: Yandra Mulyadi
Komunikasi berperan penting dalam setiap aspek pembangunan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya. Komunikasi yang efektif antara pemerintah, lembaga, masyarakat, dan individu menjadi kunci untuk mencapai suatu tujuan pembangunan. Komunikasi berfungsi sebagai alat untuk mendorong kesadaran, pemahaman, dan akhirnya perubahan dalam masyarakat. Melalui strategi komunikasi yang efektif, masyarakat dapat diinformasikan tentang kebutuhan untuk berubah, disadarkan tentang manfaat perubahan, dan dipersiapkan untuk mengadopsi inovasi. Ini mencakup perubahan dalam sikap, perilaku, dan praktik yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
Perubahan sosial dan pembangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor determinan dalam komunikasi, yang meliputi faktor internal seperti nilai-nilai, sikap, dan pengetahuan masyarakat, serta faktor eksternal seperti teknologi komunikasi, kebijakan pemerintah, dan kondisi ekonomi. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu dalam merancang strategi komunikasi yang tidak hanya menjangkau masyarakat secara luas, tetapi juga memenuhi kebutuhan dan harapan mereka.
Komunikasi efektif dalam pembangunan berkontribusi terhadap perubahan masyarakat yang positif, memfasilitasi transisi menuju praktek yang lebih berkelanjutan, peningkatan kualitas hidup, dan pemerataan akses terhadap sumber daya dan layanan. Melalui komunikasi, individu dan kelompok didorong untuk menjadi bagian dari solusi, mengambil tanggung jawab atas pembangunan dan komunitas mereka.
Agen perubahan, baik individu maupun lembaga memainkan peran vital dalam menggunakan komunikasi untuk memobilisasi masyarakat dan mengadvokasi pembangunan. Mereka berperan sebagai mediator, pendidik, dan pemimpin dalam proses pembangunan, menggunakan kemampuan komunikasi mereka untuk membangun jembatan antara kebijakan pembangunan dan kebutuhan serta aspirasi masyarakat.
Pembangunan bukan hanya tentang pembangunan fisik, seperti infrastruktur dan fasilitas publik. Pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan manusia, yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Hal ini tidak dapat dicapai tanpa partisipasi aktif dari masyarakat itu sendiri.
Di sinilah peran komunikasi menjadi sangat penting. Komunikasi yang efektif dapat menjadi kunci untuk memotivasi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan dan mencapai tujuan bersama. Menurut Thomas M. Scheidel, tujuan utama berkomunikasi adalah untuk memperkuat identitas diri, menciptakan hubungan sosial, serta mempengaruhi pemikiran dan perilaku orang lain sesuai dengan keinginan kita. Sedangkan Rudolf F. Verderber membagi fungsi komunikasi menjadi dua, yakni fungsi sosial yang bertujuan untuk kesenangan, menegaskan hubungan dengan orang lain, serta membina dan menjaga hubungan tersebut dan fungsi pengambilan keputusan yang berarti membuat pilihan untuk bertindak atau tidak dalam situasi tertentu.
Dari berbagai perspektif yang disampaikan, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, fungsi komunikasi berada dalam ranah yang serupa, yaitu berkisar pada aspek diri sendiri dan sosial masyarakat. Melalui pemahaman fungsi-fungsi ini, kita mampu merancang tujuan-tujuan dari komunikasi yang kita laksanakan.
Dengan adanya komunikasi yang efektif menjadi kunci dalam menghadirkan perubahan positif melalui inovasi di tengah masyarakat, sehingga memberikan efek positif baik kepada pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Salah satu contoh inovasi adalah dalam hal penyediaan air bersih di daerah yang sulit dijangkau, karena memiliki daerah yang secara geografis berada pada pergunungan yang mata airnya tidak banyak.
Akses air bersih merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Namun kenyataannya, di desa-desa terpencil, akses air bersih masih menjadi persoalan utama. Banyak warga di desa yang harus mencari dan mengangkut air dari sumber mata air yang cukup jauh dari rumahnya. Tak jarang, warga harus naik turun bukit demi hanya mendapatkan seember air bersih. Kondisi itu tentu saja menyulitkan warga.
Seperti di Nagari Balimbing Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, di balik pesona alamnya yang indah, tercatat perjuangan masyarakat setempat melawan krisis air bersih. Tiga tahun lalu, bayangan jernihnya air bersih masih menjadi mimpi bagi warga. Setiap hari, warga harus menempuh perjalanan hingga 2 sampai 3 kilometer untuk mengangkut air bersih, hanya untuk kebutuhan mandi dan minum.
Bagi masyarakat Nagari Balimbing yang mayoritas bekerja sebagai petani dan pekebun, hal itu menjadi hambatan besar dalam menjalani kehidupan. Waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk bercocok tanam dan meningkatkan ekonomi, terpaksa dikorbankan demi untuk mencari air. Rutinitas melelahkan itu tak jarang membuat mereka mengeluh dan frustrasi.