“Mahasiswa kita kuliah di perguruan tinggi lain seperti di Unila, Unand dan lainnya. Juga sebaliknya, ada juga mahasiswa luar PTN dan PTS yang kuliah di tempat kita,” katanya.
Lalu ada program bina desa. Saat ini sedang dilaksanakan Fakultas Teknologi Industri di dua nagari, yakni Nagari Tabek Patah dan nagari Tabek. “Untuk Bina Desa ini sudah jalan enam,” katanya.
Juga prorgam KKN tematik yang sasaran juga desa. Selanjutnya program kampus mengajar. “Mahasiswa ditugaskan ke sekolah-sekolah, sampai sekarang sudah lebih dari 100. Ini khususnya di FKIP,” katanya.
Implementasi di Prodi Teknik Kimia
Pun demikian dengan implementasi MBKM di Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta.
Semester genap 2020/2021 yang lalu, Prodi Teknik Kimia FTI Universitas Bung Hatta mengirim mahasiswanya untuk mengikuti magang industri sebagai bagian dari implementasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Program magang ini berlangsung selama 6 bulan guna meningkatkan kualitas profil lulusan. Sebagai mitra kerja, Universitas Bung Hatta bekerja sama dengan PT PUSRI, PT SEMEN PADANG, PT PERTAMINA, PT INCASI RAYA GROUP, PT WILMAR GROUP untuk destinasi program magang bagi mahasiswa.
“Pelaksanaan program magang sangat diminati mahasiswa karena memberikan banyak benefit bagi mereka. Selama ini, mahasiswa wajib melaksanakan kerja praktik, namun hanya selama 2 bulan atau kurang dengan beban 2 SKS. Pelaksanaan kerja praktik yang hanya 2 bulan atau kurang selama ini memang dirasakan kurang maksimal, namun program studi tidak mungkin menambah beban SKS,”ungkap Dekan FTI Universitas Bung Hatta, Prof. Dr. Eng. Reni Desmiarti, M.T.
Lebih lanjut, Prof. Reni menambahkan, pelaksanaan program magang yang selama 6 bulan dan bisa diakui setara beban 20 SKS adalah terobosan yang sangat menarik dan memberi pengalaman lebih bagi mahasiswa dalam kerja industri.
Dengan pengalaman magang industri ini, mereka lebih mudah diterima di pasar kerja. Selain itu, mereka tidak perlu lagi menjalani masa training yang panjang untuk pengenalan pabrik.
Dengan demikian, lulusan yang memiliki bekal magang industri diyakini memiliki kesempatan untuk lebih cepat meniti jenjang karier di dunia industri.
“Pihak industri juga memperoleh benefit dari kegiatan magang industri ini. Dengan program magang industri, pihak industri berkesempatan untuk merekrut lulusan yang telah mengenal baik beban dan volume kerja di tempat mereka. Dengan demikian, pihak industri bisa menghemat biaya training bagi pekerja yang baru direkrut. Hal ini setidaknya terkonfirmasi dari kunjungan monitoring dan evaluasi tim Prodi Teknik Kimia ke PT Transco Energi Utama yang merupakan bagian dari PT Incasi Raya Group,” imbuh Prof. Reni.
“Banyak bekal teori yang telah diserap mahasiswa magang yang mereka temui di pabrik. Salah satu alat di pabrik malah bisa mereka jadikan judul tugas akhir, yaitu potensi pemanfaatan kapur tohor lokal untuk pemisahan cangkang dan kernel di clay bath. Kapur tohor adalah produk olahan batu gamping yang saat ini butuh sentuhan teknologi tepat guna dalam pemrosesannya dan sedang menjadi perhatian tim dari Teknik Kimia yang bekerja sama dengan Pemprov Sumbar dan instansi terkait,” tutup Prof. Reni. (benk)