PADANG – Pada 24 November DPP LDII melansir platform e-pendidikan yang berfokus pada pembangunan karakter. Platform ini bisa dinikmati para penyelenggara pendidikan, termasuk para orangtua. Orangtua memang memiliki posisi sentral, terutama pada saat pandemi Covid-19.
Selama masa pandemi, banyak perubahan adaptasi yang haus disesuaikan, termasuk terkait kondisi rumah, interaksi keluarga, lingkungan masyarakat, ekonomi, gaya hidup dan cara belajar, sekolah, maupun bekerja.
Pakar Psikologi Pendidikan dan Konselor Keluarga DPP LDII, Nana Maznah Prasetyo mengatakan orangtua, anak, maupun guru berisiko mengalami tekanan mental selama pandemi covid-19.
Perubahan drastis yang terjadi selama masa pandemi mengakibatkan rasa bosan, karena kegiatan yang monoton hingga timbul frustasi. Hal tersebut menyebabkan mudah terjadi konflik dalam keluarga yang membuat suasana dalam keluarga menjadi tegang, emosi tinggi, dan tidak nyaman.
“Anak frustasi karena bingung mengerjakan PR. Saat guru menagih tugas pada orang tua, orang tua yang tau tugas anaknya belum diselesaikan akhirnya merasa kesal dan memarahi anak,” kata Nana.
Pola pengasuhan dan pembelajaran juga menjadi berubah di masa pandemi, dimana tugas guru dibebankan pada orang tua. Padahal peran guru dan orang tua sangat berbeda.
Orang tua dengan keadaan emosional yang buruk memiliki resiko melakukan kekerasan pada anak, baik kekerasan fisik maupun verbal. Kedua kekerasan tersebut akan memberikan efek psikologis panjang pada anak.
Hal tersebut menyebabkan orang tua dapat stress dan kesulitan dengan cara belajar anak, disamping itu orang tua juga kesulitan mengatur waktu antara tugas rumah tangga, tugas kantor, maupun tugas mendampingi anak belajar, sehingga tidak punya waktu untuk sendiri.
Pembelajaran secara daring juga menimbulkan dampak kecanduan gawai pada anak, hingga perubahan emosi yang mengakibatkan terganggunya mental. Penggunaan gawai yang berlebihan membuat otak memproduksi hormon dopamin berlebihan, sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi otak bagian depan.
“Ini menurunkan perkembangan otak anak, serta perhatian terhadap lingkungan sekitar menjadi berkurang,” ujar Nana.
Dampak pandemi juga dapat berpengaruh pada hubungan antara ibu dan ayah. Jika masing-masing keduanya tidak menyelesaikan masalah terhadap dirinya sendiri, maka akan timbul konflik karena saling menyalahkan pasangannya.
Oleh karena itu penting bagi masing-masing keluarga beradaptasi, untuk mengelola diri atau berdamai dengan diri sendiri maupun keadaan. Karena jika terjadi konflik antara ibu dan ayah, maka akan mempengaruhi hubungan kepada anak atau hubungan dengan anggota keluarga lainnya.