“Mari terus menanam, sebagai jariyah kita, sebagai sumber kehidupan dan penghidupan bagi masyarakat,” ujarnya.
Dalam kondisi pandemi Covid-19, mencintai lingkungan yang diterapkan dalam sebuah kreativitas seperti ecoprint, merupakan strategi agar generasi muda tidak terlena dengan kesulitan.
“Memang kompetisi semakin berat, tapi jangan takut, peluang pun semakin besar, yang penting kreatif menciptakan manufacturing baru dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Ketua DPW LDII Sumatera Barat M Ari Sultoni mengatakan pohon merupakan sumber kehidupan dan penghidupan dengan adanya pohon seluruhnya bisa tetap hidup.
“Sarana menghasilkan oksigen, air, dan udara yang sejuk, serta naungan yang nikmat,” kata dia.
Dari segi sumber penghidupan, dari pohon bisa meningkatkan taraf perekonomian seperti kemandirian ecoprint yang bisa dijual, per lembar bisa 200 ribu rupiah,” jelasnya.
Ecoprint yang dihasilkan Omah Fatma yang turut dipamerkan dalam acara itu, mengaplikasikan daun dan bunga di atas kain untuk dijadikan motif.
Teknik pengerjaan yang digunakan ecoprint, di antaranya yaitu pounding (pukul), steaming (kukus), dan boilling (rebus).
LDII melakukan penanaman pohon kepel dengan filosofi rukun dan kompak dan pernah digelar di Sumbar pada 2011 yang dilaksanakan di Kabupaten Solok.
“Menyatukan tekad bersatu dalam dakwah bil haal, dengan penanaman pohon ataupun dakwah yang lainnya,” ungkap Atus. (benk)