LDII : Tegakkan Demokrasi dengan Pers

JAKARTA – Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) KH Crhiswanto Santoso mengatakan di tengah tantangan media sosial, semoga pers selalu istiqomah menjalankan fungsi mengedukasi, memberi informasi, memberi hiburan, dan alat kontrol demokrasi.

Menurutnya tidak hanya pahlawan yang bertempur secara fisik melahirkan Indonesia, tetapi pers juga memiliki banyak jasa dalam sejarah perjuangan bangsa.

Setiap tanggal 9 Februari merupakan Hari Pers Nasional. Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) didirikan oleh para wartawan pejuang 75 tahun yang lalu dalam rangka kemerdekaan dan berdirinya Indonesia, turut andil peran pers sebagai agen perubahan sepanjang sejarah.

Dalam dua dekade terakhir, tambah Chriswanto, media massa menghadapi tantangan serius dari media sosial yakni kecepatan informasi dan ekonomi.

“Dunia cepat berubah, media sosial menyerap iklan dan informasi dengan cepat bahkan bukan lagi lembaga pers tapi dapat ditayangkan langsung secara individu,” ujar Chriswanto.

Informasi langsung sensasional yang semua dikerjakan oleh satu orang, menggantikan kerja pers yang selalu mengedepankan cek ricek dan liputan dua sisi (_cover both side_), diolah reporter hingga redaktur.

“Dan masyarakat hanya mementingkan sensasionalnya. Pada akhirnya inilah yang membuat gaduh. Secara pribadi, seseorang yang tidak memiliki “self censorship”akan serta merta menyebarkan informasi. Ini yang gawat,” papar Chriswanto.

Akibatnya mudah ditebak, dibanding berita yang disuguhkan media sosial, sebagian besar orang lebih meyakini kabar-kabar sensasional, “Apalagi para selebritis media sosial juga menggunakan potongan-potongan kutipan media massa untuk memperkuat opininya, menjadi penyebab masyarakat yang tak paham informasi kian beralih ke media sosial,” papar Chriswanto.

Namun, untuk mengejar ketertinggalannya, ia juga memperhatikan media massa kini juga memanfaatkan media sosial.

Chriswanto mengingatkan, agar media merenungkan kepada siapa mereka bekerja mengenai pengelolaan informasi?

“Secara fisik media bekerja untuk perusahaannya namun secara filosofi, pikiran, dan perjuangan, mereka bekerja untuk rakyat Indonesia,” papar Chriswanto.

Dengan bekerja untuk rakyat, menurut pandangannya, media massa bisa memberikan informasi yang bertanggung jawab, tak sekadar dapat dipertanggungjawabkan melalui mekanisme cek dan ricek serta peliputan dua sisi.