PADANG-Lebih dari 1 juta masyarakat Sumbar masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Kondisi ini dipastikan mengancam kesehatan masyarakat khususnya anak-anak.
Masyarakat yang BABS tersebut menyebar di 19 kabupaten dan kota di Sumbar. Metodenya beragam mulai dari buang air besar di aliran sungai hingga Aster (asoy terbang).
Data dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Sumbar, tercatat sebanyak 1.198.588 jiwa atau sekitar 22,27 persen masyarakat Sumbar masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Data ini dibeberkan dalam workshop orientasi media yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) dan Perkumpulan Keluarga Berencana (PKBI), di Hotel Pangeran, Rabu (15/8).
“Masih banyaknya masyarakat Sumbar yang BABS, karena masih minimnya kesadaran perilaku masyarakat untuk hidup sehat,” ujar Wash Advisor SNV Bambang Pujiatmoko, salah satu nara sumber dalam workshop yang diikuti puluhan wartawan Sumbar.
Penyebab lain, masih banyaknya BABS karena masyarakat banyak pula yang tidak memiliki toilet dengan alasan mahal biaya pembuatan sarana sanitasi atau jamban sehat. Kemudian kebiasaan turun menurun dari masyarakat sehingga sulit diubah.
“Mereka masih beranggapan menyediakan jamban sehat itu sangat mahal, sehingga tetap berperilaku kurang sehat,” terangnya.
Menurutnya, prilaku tersebut akan berdampak kepada kesehatan masyarakat. Dari sektor kesehatan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan (Ispa), penyakit kulit, dan lainnya.
Tidak hanya itu, buruknya sanitasi seperti septic tank yang lama tak dibersihkan dari tinja hingga pembuangan tinja yang sembarang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Maka, perlunya peyedotan setidaknya tiga sampai empat tahun sekali. Jika tidak septic tank akan mengalami kebocoran, dimana bakteri akan mencemari lingkungan hingga radius 10 meter.
“Kedepannya kami berharap masyarakat dapat mengubah perilaku dengan menerapkan hidup sehat. Bahwa, BABS itu sangat berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sumbar, Achmad Mardanus mengungkapkan, persoalan BABS ini cukup mengkhawatirkan. Pasalnya tidak hanya di daerah pedesaan saja yang prilaku masyarakatnya yang buang air besar sembarangan. Tetapi, masyarakat perkotaan juga ada seperti itu. Contohnya saja, Kota Padang masih ada masyarakat yang buang air besar di Sungai ataupun melempar kotorannya dengan menggunakan plastik disembarangan tempat.
“Ini yang patut dibenahi. Bagaimana, mengubah prilaku masyarakat agar buang air besar tidak sembarang tempat. Tidak hanya mereka yang berada dipedesaan saja. Namun, di Kota besar. Karena dengan mereka buang air besar sembarangan akan berdampak buruk kepada kesehatannya. Tidak sekarang namun kedepannya,” tuturnya.
Disebutkannya, dampak buruk dari BABS dapat menyebabkan diare hingga banyaknya kasus anak-anak bertubuh pendek atau stunting. Apalagi, katanya sekarang ini gaya hidup masyarakat terutama anak muda yang cenderung lebih suka makanan cepat saji dan tidak terbiasa lagi makan buah-buahan serta sayuran sehingga akan mudah terserang penyakit.