PADANG-Meningkatnya angka LGBT di Sumbar terus menjadi perhatian banyak pihak. Tingginya kasus terjadi karena prilaku menyimpang tersebut kini tidak lagi menjadi hal yang tabu di lingkungan masyarakat.
“Dulu LGBT itu dianggap sebagai sesuatu yang tabu, tapi kini prilaku menyimpang itu menjadi hal biasa. LGBT kini sudah jadi gerakan sosial. Apalagi setelah dilegalkan oleh PBB,” terang Ketua STISIP Imam Bonjol, Drs. Wahyu Pramono, M.Si saat menjadi salah satu nara sumber, Diseminasi hasil kelitbangan dengan tema regulasi kebijakan (policy regulation) dan pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan dan penanganan penyakit masyarakat (penyalahgunaan narkoba, tawuran, LGBT dan seks bebas) di masa triple disruption, Minggu (18/12) di Padang.
Dikatakannya, LGBT merupakan penyimpanan seksual yg tak wajar. Melanggar norma adat, agama dan lainnya.
Atas kondisi itu masyarakat diminta untuk peka terhadap lingkungan sekitar.
“Misal, ketika anak kita begitu dekat dengan teman sesama jenis, itu harus diperhatikan. Jika terlihat hal-hal yang tak wajar, cepat cegah. Anak-anak harus diingatkan, diberi pemahaman, mana pergaulan wajar dan mana yang tidak,” sebutnya.
LGBT, katanya sudah masuk ke semua lini. Mulai dari instansi pemerintahan, swasta, sekolah, perguruan tinggi. Baik swasta maunpun negeri.
Disebutkannya, saat ini salah satu perguruan tinggi ternama di Sumbar telah banyak mahasiswanya yang menjadi LGBT. Informasi itu diterimanya dari para mahasiswa. Salah satu faktor penyebab tertinggi LGBT karena faktor ekonomi.
“Jadi, para orangtua sekarang diminta benar-benar berhati-hati. Awasi anak dan rangkul mereka ketika ada masalah. Jangan sampai ketika ada masalah mereka curhat pada orang yang tak tepat hingga anak terjerumus pada prilaku menyimpang. Baik itu LGBT, narkoba dan penyakit masyarakat lainnya,” terang Wahyu.
Anggota Komisi IV DPRD Sumbar Evi Yandri Rj Budiman, yang juga menjadi nara sumber dalam kegiatan diseminasi mengatakan setidaknya ada empat perilaku menyimpang mengkawatirkan terjadi di Sumbar belakangan ini.
Perilaku tersebut sudah tidak mencerminkan Sumbar sebagai daerah yang menganut Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
“Kondisi ini sangat miris. Untuk itu kita butuh hasil penelitian perguruan tinggi. Karena data yang kita peroleh adalah data penelitian yang bisa menjadi acuan,”katanya.
Empat perilaku penyimpang tersebut, pertama tingginya angka lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT). Tercatat mencapai 18 ribu orang terlibat LGBT di Sumbar. Angka itu juga menjadi angka tinggi secara nasional.
Dari hasil penelitian tersebut, katanya sebanyak 14 ribu adalah lelaki suka lelaki. Sisanya sekitar 2.500 orang waria
“Karena itu kami mendorong perguruan tinggi melakukan penelitian terhadap tingginya perilaku menyimpang pada generasi muda Sumatera Barat belakangan ini. Sehingga kita mendapatkan informasi gejala apa yang terjadi pada kalangan anak muda kita,”sebutnya.