PADANG – Meski Indonesia dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, namun literasi keuangan syariahnya ternyata masih rendah, yakni 8,11 persen. Begitupun inklusi keuangan syariah, hanya sekitar 11,06 persen. Dibandingkan literasi keuangan perbankan konvensional sebesar 29,6 persen dan inklusi keuangannya 67,8 persen.
Market share perbankan syariah juga masih jauh di bawah perbankan konvensional. Market share perbankan syariah, belum bisa mengejar kecepatan tumbuh perbankan konvensional.
Kondisi itu, menurut Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, masih menjadi ‘PR’ besar bagi BSI ke depan.
Banjaran mengatakan hal itu saat webinar ‘Babak Baru Perbankan Syariah; Potensi dan Tantangan Perbankan Syariah di Indonesia’ yang diadakan oleh JES (Jurnalis Ekonomi Syariah) dan BSI secara virtual, Selasa (9/11).
Di samping itu, penetrasi keuangan syariah yang masih sangat rendah di Indonesia, juga menjadi pekerjaan rumah lainnya sekaligus menjadi peluang yang menarik. Karena, dibandingkan negara tetangga Malaysia yang penetrasi keuangannya syariahnya mencapai 29 persen atau Brunei yang 57 persen, Indonesia hanya di level 6,48 persen.
BSI, kata Banjaran, juga akan lebih memaksimalkan potensi ziswaf dan industri halal. Khusus untuk industri halal, hal itu sudah menjadi proyek strategis nasional dan BSI akan mendukung sembari memetakan potensi.
Hal lainnya yang menjadi concern bagi BSI adalah digitalisasi. Apalagi, digitalisasi sudah menjadi tren bagi pengguna layanan keuangan yang menginginkan hal-hal simpel.
“Ke depan, kantor cabang akan diminta untuk lebih produktif. Tak lagi 75 persen mengurus administrasi dan 25 persen mengurusi bisnis seperti saat ini. Nantinya, bisa saja situasinya terbalik; 75 persen urusi bisnis dan selebihnya administrasi,” katanya.
Hal yang sama dikatakan Funding & Transaction Business Deputy Ichsan Mahyudi. Menurutnya, digitalisasi menjadi aspek pendukung, terutama di masa pandemi. Dengan BSI mobile, bisa meningkatkan penetrasi pasar. Apalagi, BSI mobile banking memiliki keunikan, seperti menyajikan waktu shalat, arah kiblat, tabungan e-emas dan lain-lain.
Begitupun terkait ekosistem halal , hal itu menurutnya sudah menjadi perhatian BSI. “Kami siap support untuk mendukung ekosistem halal,” tambahnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara kompeten di bidangnya, yaitu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang, Dr H Heri Junaidi MA dan Direktur Pengawasan OJK KR 7 Sumbagsel, Iwan M Ridwan. Webinar diikuti 60 jurnalis dari berbagai Provinsi di Sumatera, yakni dari Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Bangka Belitung. (rin)