Mahalnya Harga Pupuk Jadi Penyebab Petani Tidak Sejahtera

SARILAMAK – Mahalnya harga pupuk menjadi salah satu penyebab utama bagi ketidaksejahteraan petani. Sementara di Sumatera Barat (Sumbar) amat banyak masyarakat bekerja sebagai petani, 64 persen diantaranya adalah petani tanaman pangan. Jika permasalahan pupuk tidak segera diselesaikan, maka masalah ketahanan pangan di Sumbar akan terganggu.

“Petani tidak sejahtera salah satu penyebab utamanya adalah harga pupuk semakin lama semakin mahal. Jadi jika ingin sektor pertanian berkembang, permasalahan pupuk harus segera diselesaikan,” ujar Ketua DPRD Sumbar, Supardi saat melaksanakan pertemuan dengan masyarakat dalam rangka reses, Jumat (3/2) di Kenagarian Tanjuang Gadang, Kabupaten Limapuluh Kota. Dalam pertemuan itu hadir pula perwakilan dari Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumbar.

Saat pertemuan itu sejumlah masyarakat mengeluhkan masalah pupuk. Supardi juga mengatakan perlu bimbingan darinpemerintah untuk juga menggerakkan petani menggunakan pupuk organik untuk tanaman pangan organik. Hal ini dikarenakan pasar tanaman organik saat ini semakin meluas. Permintaan pasar untuk jenis tanaman pangan organik ini semakin banyak.

Selain itu, tambah Supardi, masyarakat juga mesti diajak untuk giat membuat pupuk sendiri terutama pupuk kompos. Jenis pupuk ini bisa menjadi salahbsatu solusi mengatasi mahaknya harga pupuk.

“Namun bukan berarti kita lengah untuk distribusi pupuk. Pupuk bersubsidi dari pemerintah harus dipastikan sampai pada petani dengan jumlah yang mencukipi kebutuhan mereka dan harga yang tidak melampuai HET (harga eceran tertinggil). Dinas terkait harus melakukan ini dengan optimal,” katanya.

Sementara itu, Ferrdinal dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumbar mengatakan ada beberapa program yang dilaksanakan dinas tersebut untuk menstimulus produktifitas petani. Diantaranya, memberikan bantuan benih dan bibit. Selain itu ada bantuan alat pertanian seperti traktor, handtractor dan alat perontok padi.

“Perlu koordinasi dengan OPD (organisasi perangkat daerah lain) untuk memastikan infrastruktur pertanian. Ini menjadi salah satu atensi utama kami. Terutama untuk kelayakan infrastruktur seperti irigasi yang layak, jalan usaha tani,” katanya.

Dia menambahkan, dinas juga berusaha meningkatkan kemampuan petani debgan pelaksanaan berbagai bimbingan teknis dan pelatihan pertanian. Termasuk pula terkait ilmu pemasaran hasil panen agar daya saing di pasaran meningkat.

Salah satu masyarakat, Susilawati, saat pertemuan tersebut mengatakan dirinya menjadi salah satu peserta program sekolah lapangan (SL) selapo pertanian organik. Ilmu dari program tersebut telah ia coba terapkan pada lahan tanaman padi dan cabe.

“Penerpannya tidak lagi menggunakan pupuk kimia,” katanya.

Program SL ini mserupakan proses pembelajaran yang berlisensi untuk para petani organik. Melalui program ini masyarakat akan diajarkanb cara budidaya organik sesuai SNI dengan lama selama 1 musim tanam 6 bulan. Di SL ini petani juga diajarkan cara membuat pupuk organik.

Mendengar hak ini Supardi mengapresiasi program SL. Dia mengatakan sejauh ini petani di Sumbar belum terbiasa menggunakan pupuk organik. Dengan adanya SL kecenderungan ketergantungan petani pupuk kimia bisa diubah.