PADANG – Sejumlah mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang angkatan 2023 beserta dosen pembimbing, Dr.Ernita Arif, MSi melakukan kunjungan lapangan ke Ekowisata Sungkai Green Park (ESGP) di Desa Sungkai RT 03/2 Kelurahan Lambuang Bukik, Kecamatan Pauh Kota Padang, Rabu (26/6). Kunjungan lapangan sebagai bagian dari perkuliahan untuk melihat bagaimana penerapan komunikasi pembangunan di tengah masyarakat.
ESGP sengaja dipilih karena lokasi tersebut selain merupakan binaan Universitas Andalas, juga unik karena berhasil menyulap lahan yang semula rimba dan tak terurus menjadi lahan produktif dan dijadikan sebagai ekowisata. Mengusung konsep green, humane dan smart farming, sejumlah inisiator, termasuk Prof Helmi (alm) membantu memberikan pendampingan praktis serta membuatkan roadmap. Yang menarik, meski berlokasi tak jauh dari kampus Unand dan masih berada di wilayah Kota Padang, tapi pembangunan di sana agak jauh tertinggal dibanding daerah lainnya.
Menurut salah seorang inisiator, Ferdhinal Asful kepada mahasiswa, ekowisata itu sudah dirintis semenjak November 2020. Pihak Unand sendiri masuk ke daerah itu sekitar tahun 2015 ketika listrik belum ada dan akses masih berupa jalan setapak. Hingga saat ini, akses jalan pun masih buruk meski pernah dilakukan rabat beton. Proses awal yang dilakukan dari pihak Unand dalam rangka pengabdian masyarakat di daerah itu adalah dengan mempersiapkan secara sosial dengan membangun kepercayaan pada masyarakat. Diakuinya, banyak tantangan yang dihadapi saat awal-awal didirikannya lokasi ekowisata itu. Terutama dalam hal komunikasi pembangunan kepada masyarakat yang sempat memberi penolakan.
“Tapi, kita berusaha terus mendorong ekowisata ini hingga sekarang sudah banyak dijadikan sebagai tempat pembelajaran, pelatihan dan penelitian mahasiswa,” ujarnya.
Ia berharap, tahun depan sudah ada pengembangan ESGP menjadi bisnis sosial, tak lagi sekadar wisata sosial pendidikan. Karena, sesuai roadmap awal, di tahun keempat, seharusnya sudah ada model bisnisnya. “Kalau bisa tempat ini dikelola dalam bentuk koperasi kaum,” katanya.
Inisiator lainnya, Zaini, PhD menambahkan, ide smart farming yang dilakukan di ESGP dimaksudkan untuk menjaga keberlangsungan alam. Dalam setiap kegiatan pertanian yang dilakukan, diupayakan nol emisi karbon atau net zero emissions. Zaini ikut melibatkan mahasiswa-mahasiswanya untuk mengembangkan ide-ide tersebut.
Saat ini, sudah banyak kemajuan di lokasi tersebut. Lahan yang semula tidak dimanfaatkan, sekarang ditanam berbagai tanaman sayur, kaliandra dan tanaman Sungkai yang sebelumnya nyaris punah. Di tempat itu, pengelola, Rimbra Syaiful (49) juga mengembangkan ikan kolam, ternak ayam, sapi dan lainnya. Selain itu, lokasi tersebut juga kerap dijadikan area kemping mahasiswa dan kunjungan lapangan dari berbagai pelajar di Kota Padang.
Rimbra memberdayakan masyarakat dengan membentuk Kelompok Tani (KT) Hutan dan P4S (pusat pelatihan pertanian dan perdesaan swadaya) Sungkai Permai. KT hutan beranggotakan 10 orang sampai saat ini masih beraktifitas membuat berbagai produk nutrisi dan pemberantas hama tanaman seperti probiotik pertanian, pupuk organik cair dan padat, anti jamur dan lain sebagainya.
Sedangkan P4S beranggota sekitar 30 orang diberdayakan untuk pertanian swadaya, termasuk membuat teh sungkai. Untuk teh sungkai, produksinya sempat melejit saat pandemi Covid-19. Karena, daun sungkai dipercaya bisa mengobati penderita covid. Hingga saat ini, produksi teh sungkai masih dipertahankan walaupun dengan jumlah terbatas.
P4S ini dibina oleh Balai Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP). Ada juga kolaborasi dengan pihak Unand dan instansi lain serta relawan. P4S Sungkai Permai yang diketuai oleh Rimbra ini bahkan pernah diapresiasi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno dalam sebuah kegiatan UMKM di Kota Padang tahun 2020 lalu. Rimbra saat ini telah mendapat sertifikasi penyuluh pelatih dari BPPSDMP.
Sementara, dosen pengampu mata kuliah Seminar Komunikasi Pembangunan, Dr.Ernita Arif, MSi mengatakan, Ekowisata Sungkai Green Park sengaja menjadi lokasi tujuan kuliah lapangan karena diharapkan dapat menjadi pelajaran bagaimana penerapan komunikasi pembangunan di tengah masyarakat. Apa yang diperbuat pengelola dengan dampingan dari pihak kampus Unand yang berhasil menyulap lahan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan menjadi produktif bahkan dikelola menjadi ekowisata, diharapkan bisa menjadi motivasi bagi daerah lainnya untuk melakukan hal yang sama. Ernita juga berpesan kepada pengelola untuk memanfaatkan marketing media, termasuk media massa dan media sosial.
“Saya yakin dengan kolaborasi media, ekowisata ini bisa lebih berkembang karena sudah banyak yang berhasil maju berkat bantuan media,” katanya. (rn)