SEJUMLAH warga yang berdagang maupun yang tinggal di Gang Kecap, Kelurahan Pasar Baru dulunya berasal dari Koto Tuo, sebuah nagari di Kabupaten Agam.
Tahun 1966, salah seorang di antara mereka yang telah bermukim dan memiliki aset tanah, mewakafkan satu bidangnya guna dijadikan rumah ibadah.
Setelah dibangun, warga setempat menyebutnya Surau Koto Tuo yang kini bernama Masjid Nur Taqwa.
Dahulunya, rumah ibadah itu berstruktur kayu. Bagian belakangnya bertingkat. Di sampingnya ada ruangan istirahat.
“Selain sebagai rumah ibadah, Surau Tuo menjadi wadah bersilaturahmi, juga menjadi tempat beristirahat dan bermalam para pedagang dari Nagari Koto Tuo yang menggelar lapak setiap hari pekan (hari pasar Senin dan Jumat),” kata Ketua Pengurus Masjid Nur Taqwa, Eriswan Karani, Selasa (5/3/2022).
Seiring berjalannya waktu, tahun 90-an bangunan Surau Tuo dibuat permanen dan diganti nama menjadi Masjid Nur Taqwa.
“Nama Masjid Nur Taqwa dinilai lebih mempererat hubungan masyarakat. Karena masjid milik bersama umat Islam,” ujar Eriswan.
Arsitektrur bangunan memadukan antara lndonesia dan Timur Tengah. Bangunan masjid bertingkat dua dengan luas 15 x 13 meter persegi, menampung jamaah lebih kurang 500 orang.
“Dinding masjid, keramiknya itu mirip dengan Masjid Nabawi dahulu. Pintu memiliki ukiran khas Indonesia. Kubah berwarna hijau seperti warna kubah Masjid Nabawi,” ujar Sekretaris Masjid Nur Taqwa, Abdullah.
Di bulan Ramadan 1443 H ini, sebut Abdullah, berbagai kegiatan dilaksanakan seperti majelis taklim dan pengajian selepas Salat Isya, menjelang Salat Tarawih.
“Pada 10 hari terakhir, selepas Isya kita langsung melaksanakan Salat Tarawih dengan bacaan ayat Al Qur’an 1 Juz, tidak ada tausiah,” sebutnya. (*)