PADANG–Gempa besar yang melanda Sumatera Barat telah berlalu selama 14 tahun. Meski demikian masyarakat tanah Minang itu masih saja gagap setiap kali terjadi gempa berskala besar.
Ini dibuktikan dengan kalang kabutnya masyakarat mencari daerah aman hingga tumpah ke jalan. Kondisi itu membuat jalan macet dan masyarakat yang berencana melarikan diri ke daerah ketinggian terjebak di tengah jalan.
“Ini bukti masyarakat kita masih gagap menghadapi bencana. Padahal gempa besar 2009 telah berlalu selama 14 tahun. Karena itu perlu mitigasi berlanjut dan terus menerus agar masyarakat tidak lupa cara, bagaimana protap keluar rumah yang sebenarnya. Salah satunya tidak membawa kendaraan yang membuat jalan macet dan masyarakat terjebak di jalan. Ini sangat fatal,” Ujar Jonedy Kambang, yang menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan Pelatihan Relawan Kebencanaan Zonasi Kota Padang (Jurnalistik Kebencanaan), Kamis (16/11/2023) di Padang.A
Anggota DPRD Sumbar dari Fraksi Partai Gerindra, H Hidayat SS MSi, yang membuka pelatihan tersebut mengatakan pemerintah daerah menganggarkan lebih untuk kegiatan mitigasi kebencanaan di Sumatera Barat.
“Media massa memiliki peran cukup strategis untuk menjangkau banyak kalangan masyarakat, kalau perlu 3x setahun dilakukan pelatihan kebencanaan ini,” ujar Anggota DPRD Sumbar dari Fraksi Partai Gerindra, H Hidayat SS MSi
Dia menegaskan pers sangat strategis dalam mendorong pertumbuhan berbagai sektor termasuk penanggulangan bencana. Karena itu, penguatan peran kebencanaan bagi kalangan jurnalis sangat perlu dilakukan, mengingat Sumbar sebagai etalase bencana.
“Peran media sangat strategis untuk mempercepat informasi dan sosialisasi bagi masyarakat terkait bencana. Informasi serta advokasi media sangat perlu dilakukan,” ucap Hidayat di hadapan jajaran BPBD Sumbar dan hampir 100 wartawan.
Jepang, kata Hidayat, mampu meminimalisir risiko bencana dengan mitigasi yang konsisten. Masyarakat Jepang sudah tahu mereka hidup di atas tanah yang sangat rawan gempa besar dan hantaman gelombang tsunami.
“Sementara kita masih gagap saat bencana gempa meletup. Cenderung berbondong-bondong memenuhi jalan raya untuk lari ke daratan tinggi. Proses ini sering pula menimbulkan bencana baru seperti kecelakaan lalulintas. Edukasi terus. Penguatan dan pemahaman kebencanaan bagi kalangan jurnalis sangat perlu dilakukan, khususnya dalam percepatan penyampaian informasi kepada masyarakat. Karena itu, jangan hanya melalui Pokir saja, kegiatan ini harus selalu dilakukan Pemda,” ucap Hidayat yang mengalokasikan anggaran pokirnya untuk pelatihan ini.
Kalaksa BPBD Sumbar diwakili Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar, Fajar Sukma mengatakan bahwa secara garis besar, BPBD Sumbar memang membutuhkan support besar dari berbagai stakeholder.
“Ada 7 Kabupaten dan Kota di Sumbar yang terancam megatrust, termasuk ancaman sesar semangko. Sumbar memiliki 8 sesar semangko. Juga ancaman gelombang air laut, banjir dan longsor. Sumbar memang masuk daerah yang memiliki zona risiko tinggi bencana,” ungkap Fajar dalam Bimtek Jurnalistik Kebencanaan bagi para wartawan media televisi, cetak, elektronik dan media online tersebut.
Karena itu, lanjut Fajar Sukma, BPBD Sumbar akan selalu gencar melakukan berbagai sosialisasi dan pelatihan kebencanaan serta penanganan pascabencana bagi siswa dan masyarakat.
“Semoga kegiatan seperti ini bisa rutin kita laksanakan. Dukungan berbagai pihak sangat kami perlukan,” pungkas Fajar. 107