Mayarni, Adik Aliwarman Tidak Yakin, Kakaknya Meninggal Dunia “Dicotok” Gadabah

TANJUNG MUTIARA,- Apa masih ingat kasus kematian Aliwarman (45), korban ditemukan tergeletak tidak bernyawa, dilahan kebun sawit plasma KUD Tiku V Jorong, Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam?.
Memasuki bulan bulan ketiga pada bulan Juli 20224 ini, Aliwarman Satpam Plasma KUD Tiku V Jorong, keluarga korban masih merasakan pedih, karena kematian almarhum dengan kondisi tidak wajar, kedua bola matanya hilang, tapi pihak kepolisian menyatakan kepergian alamrhum karena digigit ‘Biawak (Gadabah)’. “Tidak mungkin kakak saya meninggal dunia digigit biawak (Gadabah)”, tutur adik korban Mayarni (46 tahun).
Adik korban Mayarni, ditemui dirumah kediamannya Rabu (24/7/20224) di Jorong Masang, Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam. Penghuni rumah terlihat masih sedih mengenang peristiwa pada bulan April 2024, tepatnya hari Senin tanggal 29 April 2024.
Ketika itu, tutur Mayarni, kakaknya itu sama piket dengan teman sesama piket dengan teman korban bernama Dayus, tapi pada hari kejadian Senin tanggal 29 April 2024 itu, ia tidak bersamaan berangkat ke tempat tugas, kakaknya lebih dahulu berangkat. Tau-tau sorenya sudah diterima saja informasi kakaknya itu ditemukan meninggal dunia tergeletak dilahan kebun plasma sawit KUD Tiku V Jorong di Jorong Labuhan, Nagari Tiku V Jorong.
Mendapat informasi seperti itu, badan serasa disambar pertir, karena berangkatnya ketempat tugas dalam keadaan segar bugar, tidak ada kelihatan sesuatu yang terlihat dari tubuhnya, tau-tau sudah diterima saja informasi korban ditemukan tidak bernyawa lagi.
“Dari hasil pemeriksaan pihak rumah sakit, kakak saya itu meninggal dunia karena digigit Biawak (Gadaba), rasanya mustahil, sebab pakaiannya tidak ada yang robek, apa mungkin binantang itu tiba-tiba saja menyerang mengambil kedua mata korban?”, tutur adik korban Mayarni.
Dijelaskan Mayarni, ia curiga, kakaknya itu meninggal dunia, diduga karena ada tindakan kekerasan, sebab pada kepala bagian belakang memar, ditelinga ada luka goresan, tapi telinganya tetap utuh, yang hilang itu adalah kedua matanya. “Apakah mungkin binatang (Gadabah) itu langsung mengambil kedua matanya!”, tutur Mayarni balik bertanya.
Sesungguhnya, ia tidak diam saja ditimpa kejadian ini, ia terus berupaya agar pelaku pembunuhan itu dapat ditangkap, dan dihukum berat, tapi ia tidak tahu jalan, sebab polisi telah menyatakan kematian kakaknya itu disebabkan digigit Gadabah.
Terbentur atas pernyataan polisi itu, ia beralih mencari tahu melalui dukun. Ia mendatangi berbagai dukun agar dapat diketahui, penyebab kematian kakaknya yang akan diangkat jadi ‘Datuak’ itu. Mencari dukun sampai ke Sijunjung, ke Pasaman, dan berbagai tempat, semua dukun menyatakan, dalam penglihatannya kakaknya itu meninggal dunia dikarena pembunuhan.
Sipa pelakunya, tidak disebutkan sang dukun itu, tapi semua dukun menyatakan dalam penglihatannya menyebutkan, korban meninggal dunia disebabkan, atas tindakan kekerasan pembunuhan. Setelah dapat penjelasan dari berbagai dukun itu, ia tidak ada upaya lagi, sebab ia merasa jalan sudah tertutup, pihak kepolisian yang diharapkan dapat mengusut peristiwa ini, sudah ambil kesimpulan, korban meninggal dunia disebabkan diterkam Gadabah.
Kapolres Agam AKBP Muhammad Agus, SH, SIK, yang dijumpai usai Shalat Ashar beberapa waktu dipelataran Masjid Komplek Mapolres Agam di Padang Baru Lubuk Basung, mempersilakan konpirmasi dengan Reskrim Polres Agam didampingi humas, sudah berkali-kali ingin menjumpai, tapi hingga berita ini diturnkan belum berhasil.
Fendi Sihaloho dari Pos Bantuan Hukum Atvokat Indonesia Cabang Lubuk Basung, Kabupaten Agam, ketika diminta komentarnya terhadap kasus, mengatakan, kematian korban tidak mungkin disebabkan diterkam Binatang Gadabah.
Ia menyatakan kemungkinan tersebut, setelah membaca pemberitaan dari berbagai media, yang menyatakan, pakaian korban utuh, tidak ada yang sobek, tubuh lainnya tidak ada yang terluka. “Apakah binatang (Hewan) itu dapat langsung saja menyerang terhadap titik kedua bola mata korban, mustahil”, jelas Fendi Silaloho yang akrab disapa Loho, menjelaskan.(LUKMAN)