Oleh Deri Oktazulmi
Rindu tak terbeli, juga tak terjual, namun Corona ini membelintang di depan pintu, sehingga rindu nan menumpuk hampir-hampir membeku. Indra, anak binaan LP Muaro Padang, pada Kamis (22/10) sejak pagi sudah bersiap menunggu kedatangan keluarganya.
Keluarganya datang, tapi tak bisa bertemu. Corona, Covid-19 itu, menguncinya. Tak hendak ke mana taragak ini dihempaskan. Petugas di LP tahu itu, maka kemudian disediakan video call. Rindu lepas walau tak bertatap muka secara langsung, namun apa yang hendak dikatakan bisa disampaikan.
“Lai sehat se urang di rumah sadoalahe?” “Lai.” “Jan lupo pakai masker.” “Lai bi pakai masker, kini corona manjadi-jadi di lua“.
Itu antara lain bercakapan seorang perempuan di ruang tunggu dengan headset menutupi kedua telinganya. Di depannya ada sebuah laptop. Di layar komputer jinjing itulah, ia melihat wajah pria yang berada dalam tahanan. Ini solusi dari pejabat LP, agar yang datang aman, yang dibezuk aman.
Mengubah keadaan
Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat. Tidak hanya bagi tempat-tempat umum atau keramaian saja, namun juga aktivitas pelayanan publik di instansi ataupun perkantoran.
Perubahan itu juga terjadi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) atau rumah tahanan (Rutan) yang berada di Sumbar, di bawah naungan kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumbar.
Jika pada waktu normal Lapas atau rutan mengadakan kunjungan bagi keluarga atau kerabat warga binaan, namun dalam situasi pandemi ini layanan tersebut ditiadakan terlebih dahulu.
Hal itu dilakukan demi menghindari interaksi langsung atau tatap muka antara warga binaan dengan orang yang datang dari luar lingkungan Lapas.