Opini  

Membangun Kehidupan Berbahasa yang Santun Berdasarkan Prinsip Kemanuasiaan

Oleh :
1. Alifa Wulandari (2411121024)
2. Arini Dwi Wulandari (2411211033)
3. Muhammad Gilang Ramadhan (2411122034)
4. Nathasya Calista (2400512025)
5. Veby Yholanda (2411213042)

Di zaman sekarang, zamannya generasi muda yang sangat berpengaruh dan memiliki potensial terhadap segala perubahan dan perkembangan di era globalisasi ini, terlebih lagi didukung perkembangan teknologi.

Oleh sebab itu, kalangan para remaja cenderung kurang santun dalam berbahasa, khususnya dalam media sosial. Seperti bahasa kasar, slang, merendahkan orang lain di berbagai platform seperti ujaran kebencian, maupun ungkapan secara langsung yang kurang sopan sebagai bahan candaan, kerap digunakan karena pandangan terhadap hal-hal tersebut adalah hal-hal yang normal untuk dilakukan.

Pemikiran dan perilaku seperti ini umumnya disebabkan oleh beberapa factor, seperti kurangnya pendidikan moral, etika dalam berkomunikasi, kemudian pengaruh tekanan, kurang selektif terhadap budaya luar , pergaulan, dan pengaruh lingkungan lainnya.

Fakta bahwa ada juga sebagian remaja yang tetap berusaha agar santun dalam berbicara, khususunya di lingkungan yang formal ataupun saat sedang berinteraksi dengan yang lebih tua darinya.

Namun itu tidak menutup beberapa fakta bahwa kebanyakan remaja era sekarang krisis bahasa yang santun sebagaimana sesuai prinsip kemanusiaan sila ke-2 Pancasila, yang mana menekankan betapa pentingnya menghormati dan saling menghargai martabat manusia, salah satunya dalam pemakaian bahasa yang santun.

Komunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun adalah salah satu faktor dari terciptanya komunikasi yang baik, yaitu dengan penggunaan bahasa yang menghormati harkat dan martabat manusia.

Maka dari itu, prinsip Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ada dalam sila ke-2 Pancasila menjadi landasan etis dalam berkomunikasi atau berbahasa.

Prinsip sila ke-2 inilah yang menekankan agar memperlakukan antar sesame dengan setara, adil, dan berperilaku sesuai norma-norma kesopanan dan etika.

Sila ini juga mengajarkan bahwa bahasa tidak dipakai untuk saling merendahkan, mencaci-maki, dan menyakiti perasaan, melainkan sebagai alat dalam menguatkan hubungan yang baik.

Dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan berbahasa yang santun dapat diimplementasikan melalui beberapa hal, sebagai berikut :

a. Menghindari penggunaan dan pengaruh dari kata-kata kasar yang dapat melukai perasaan orang lain, sehingga kita harus menjadi individu yang selektif dalam pemilihan penggunaan kata agar dapat menghindari potensi-potensi yang dapat merusak hubungan antar sesama.