Sebab itu gerakannya tampak berserak dan sporadis. Namun usaha mereka patut diapresiasi di tengah tiarap-nya peran organisasi.
Sebagian kelompok anak muda Tarbiyah Islamiyah tersebut, dengan keterbatasan mereka, juga telah menggunakan media baru sebagai perangkat pengembangan pemikiran. Perangkat yang bahkan belum digunakan oleh organisasi Perti sampai saat ini.
Dalam membangun (kembali) gerakan intelektual, Perti perlu me-recovery kepercayaan mereka pada organisasi ini.
Sekali lagi, saya menyarankan agar Perti berani belajar dan mengambil cara-cara baru sebagai variasi pengembangan organisasi untuk menarik perhatian para santri lulusan madrasah ini.
Selain politik praktis yang sempat meninggalkan kesan kurang baik, Perti dapat berinvestasi dalam pembangunan civil society, penggunaan teknologi, mengembangkan filantropi, ataupun kebudayaan. Aspek-aspek yang telah ditekuni oleh organisasi-organisasi keagamaan lain saat ini.
Ini menjadi pertanyaan besar. Dengan pengurusan baru, apakah harlah menjelang satu abad ini akan menandai transisi menuju gerakan intelektual (baru) Perti. Ataukah seperti waktu sebelumnya, tenggelam dalam rutinitas dan lagi-lagi seremonial tahunan belaka. ***