PADANG.-Penulis novel sejarah Minangkabau Khairul Jasmi bercerita sejarah, guru guru sejarah “mengango” mendengarnya. Yang diceritakan Kaje, begitu teman temannya memanggil, adalah tentang kehebatan perempuan Minangkabau sa isuak, terutama perempuan yang berjuang dibidang politik dan jurnalistik.
“Mendengar Da Kaje menceritakan kehebatan perempuan Minangkabau, hampir semua peserta mangango (menganga Red) mulutnya” kata Moderator seminar Mursal guru Sejarah SMA Negeri IV Angkat Agam.
Kaje diminta oleh adik adik kelasnya alumni IKIP dan UNP antara lain Dr. Aisiah M.Pd, Mursal M.Pd dan Marta Liza S.Pd dari Prodi Sejarah UNP dan MGMP Sejarah Sumbar untuk menjadi nara sumber Seminar dan Workshop Guru Guru Sejarah Sabtu (20/7) yang digelar di Audiotoriom Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNP yang didekani oleh Prof. Dr.Siti Fatimah M.Hum, alumni sejarah IKIP tahun 1979.
Dengan gaya santai, Kaje membuka kata kata dengan mengomentari kampus UNP khususnya FIS, dulu semasa Kaje kuliah namanya FPIPS. “Saya tak menyangka kampus FIS ini begini rancaknya, kaget saya, kami dulu di sudut ruangan dekat wese saja kuliah, ini sudah moderen benar mah” kata Komisaris PT Semen Padang itu.
Dia memulai cerita dengan judul Kiprah Perempuan Minang. Dengan modal, bahan Power Point 20 halaman yang banyak gambar dan poto, Kaje mengatakan bahwa bahannya ini malam tadi di order panitia Mursal yang moderator, malam tadi pula dia tulis. “Saya gunakan waktu 1,5 jam untuk mengumpulkan sumber dan 1 jam untuk menulisnya ” ujar Kaje yang juga Pemred Harian Singgalang.
Pertama Kaje memperkenal Syarifah Nawawi, perempuan Minang pertama yang mendapat pendidikan Belanda tahun 1907 di Sekolah Raja Bukittinggi. Syarifah ini kata Kaje satu satunya murid perempuan diantara 75 murid di sekolah itu. “Dia melanjutkan sekolahnya di Salemba School, puncak karir anak seorang guru yaitu Engku Nawawi ini adalah kepala sekolah De Meiisjes Vervolg School atau Sekolah Lanjutan untuk Anak Perempuan) di Bukittinggi tahun 1924 -1937.
Perempuan hebat kedua yang disebut Kaje adalah Siti Manggopoh. “Siti Manggopoh membunuh 53 serdadu Belanda dalam Perang Manggopoh ” ujar Kaje. Ditambahkan, seharusnya Siti Manggopoh ini diangkat menjadi Pahlawan Nasional, tapi belum juga, ulasnya.
Perempuan hebat Minang lain yang diceritakan Kaje adalah Ruhana Kudus, wartawati generasi di Indonesia. “Dengan surat kabarnya Soenting Melayu Ruhana Kudus menjadi Pemimpin Redaksi bersama dua perempuan Minang lainnya yaitu Sitti Noerma dan Sitti Djatiah” sebutnya.
Rahmah El Yunusiah, agak panjang diceritakan oleh mantan wartawan Republika ini. Tentu saja iya, sebab Rahmah bukan saja perempuan pejuang pendidikan, tapi dia adalah tokoh politik dan militer di Minangkabau ikut bertempur masa revolusi. “Mendirikan Sekolah Menyesal, dia terjun ke dunia politik, ditangkap Belanda dan menjemput perempuan Minang ke markas Jepang. Dia pengibar bendera pertama awal Proklamasi bahkan Rahmah adalah komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) ikut berperang, serta penerima gelar Syekhah dari Al Azhar” kata Kaje yang telah menulis Novel Sejarah Rahmah El Yunusiah.
Kaje mengungkapkan hal detail dari Rahmah El Yunusiah sebagai Pendiri Sekolah Muslimah Pertama di Dunia. “Rahmah merumuskan Fiqhi Perempuan, menantang kawin paksa, membuka belenggu adat, berhasil mengelola sekolahnya menjadi sekolah terbaik, Rahmah perempuan yang hidup sendiri, namun sayang warisannya tak terjaga” urai lulusan Sejarah IKIP ini.
Kehebatan Rahmah jelas Kaje tak tertandingi oleh perempuan pejuang mana pun. “Banyak sekali yang fenomenal ia lakukan sebagai perempuan pejuang, dia menyusun kurikulum sekolah perempuan, melarang anak didiknya memakai baju tembus, menjadi duta lilik Indonesia dan berkiprah menjadi wartawati dan menjadi perempuan pertama sebagai ketua partai. “Rahmah lah ketua partai pertama di Indonesia, bukan Megawati ” katanya
Kaje kemudian menceritakan Rangkayo Rasuna Said, Singa Podium Perempuan kelahiran Maninjau Agam 14 September 1910 yang diakui negara sebagai Pahlawan Nasional. ” Dia cantik sekali, Rasuna berpidato didepan 3000 orang di halaman Diniyah Putri Payakumbuh, kemudian ditangkap Belanda dia diusir dari Minangkabau, ditahan dipenjara wanita di Semarang, di penjara anak masih menyusui diantar setiap hari” kata Kaje.
Kaje menceritakan betapa respon orang terhadap Rasuna Said, bukan hanya di Minangkabau tetapi di seluruh Nusantara terutama ketika dia di penjara. Tokoh politik sekelas Ir. Soekarno bahkan mengirim sebuah karikatur tentang penangkapan dan perjuangan Rasuna Said” tambahnya.