Lokasi telah dipagar pemerintah Kabupaten Dharmasraya, agar terlindung dari berbagai gangguan.
Candi Pulau Sawah terbilang jauh dari pemukiman warga. Untuk menuju lokasi, pengunjung sedikit melewati jalan berbatu, karena lokasinya yang sangat dekat dengan bibir Sungai Batanghari. Ketika hendak menuju Candi Pulau Sawah, diharapkan kita membawa bekal seperti air minum, makanan kecil, minyak anti nyamuk karena di lokasi itu terdapat banyak nyamuk, sebab berada di sekitar hutan kebun masyarakat.
Selama di sana kita juga mesti hati-hati melangkah agar tidak merusak carga budaya yang ada.
Selepas dari Candi Pulau Sawah kami sekeluarga menyusuri keberadaan Candi Padang Roco. Berjarak tempuh sekitar 3 KM dari Candi Pulau Sawah. Di sana kondisinya jauh lebih terawat dari lokasi pertama yang kami kunjungi. Di Candi Padang Roco terdapat tiga bangunan yang berfungsi untuk sembahyang, rapat-rapat dan lainnya kaum Hindu Budha kala itu.
Di Candi Padang Roco juga telah tersedia fasilitas umum seperti toilet, hingga memberi rasa nyaman ketika pengunjung hendak MCK. Kawasan candi juga tertata taman bunga hingga menambah kenyaman kita sebagai pengunjung untuk berlama-lama di sana. Di luar areal candi, juga terdapat sebuah warung mini yang menjual dan menyediakan aneka camilan serta minuman. Warung mini itu dijaga oleh seorang petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar, Riau dan Kepri, Rahmat. Baru enam bulan belakangan dia bersama sang istri mendirikan warung tersebut. Selain menjaga warung itu Rahmat juga bertugas memandu setiap pengunjung yang datang.
Menurutnya, Candi Padang Roco akan ramai dikunjungi saat musim libur atau akhir pekan. Pengunjung terbanyak adalah pelajar dan mahasiswa dan para peneliti. Baik dalam dan luar negeri yang ingin tahu sejarah masa lalu.
Usai dari Candi Padang Roco, kami menyusuri Makam Raja-raja besar di Nagari Koto Besar. Saat masuk ke kawasan yang berlokasi di Koto Besar itu kami disambut puluhan kawanan kera. Namun ketika didekati hewan tersebut menjauh.