MENTAWAI-Buah pisang yang dihasilkan di Kepulauan Mentawai rata-rata mencapai 120 ton setiap bulannya, namun belum dikelola dengan baik.
Sentra pisang tersebut berada di wilayah Pagai Selatan dan Pagai Utara yang luas kebun pisang mencapai 50.000 hektar, dan juga ada di wilayah Siberut, yang jenis pisang di perkebunan tersebut diantaranya pisang batu, pisang Medan super dan lainnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kepulauan Mentawai, Hatisama Hura mengatakan, untuk meningkatkan kualitas produksi pisang di Kepulauan Mentawai, pemerintah kabupaten telah mengajukan kerjasama dengan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dalam membangun pabrik industri tepung pisang yang nantinya bisa di konsumsi bayi.
“Kerjasama telah diajukan untuk membantu pengembangan produksi melalui diversifikasi pangan beberapa tahun lalu, karena saat ini hanya bahan baku pisang atau tandan yang di bawa ke kapal dan di jual keluar, ” ungkapnya kepada topsatu.com Kamis (24/3/2022).
Dia juga menuturkan, sampai saat ini belum terlaksana yang berkemungkinan adanya Covid melanda sehingga ada keterbatasan anggaran untuk penerapan.
“Saat ini harga jual ke pengumpul masih rendah namun di luar Kepulauan Mentawai cukup tinggi yang biasa dikirim ke Padang, Pekan Baru, Medan hingga Malaysia oleh pengumpul,” ungkapnya.
Selain itu, jalan ke lokasi perkebunan kurang bagus sehingga sulit dibawa keluar dan membusuk di perkebunan.
Pisang yang dihasilkan banyak, namun terkendala beberapa faktor. Seperti tidak cukupnya angkutan atau mobilisasi ke luar pulau dalam memasarkan pisang. Misal Kapal Perintis, tidak mampu menampung hasil pisang di Pagai.
“Hingga saat ini kita selaku pemerintah kabupaten akan terus berupaya membantu para petani dalam mengelola hasil pisang yang melimpah tersebut, sehingga nantinya perekonimuan masyarakat meningkat,”tambah Hatisama Hura.(rian)