Opini  

Merawat Ekosistem Kelapa, Ada Sambu Group untuk Indonesia

Upaya tak kenal lelah dari Tn. Tay Juhana untuk terus berinovasi, membuat Sambu Group menjadi produsen produk kelapa terbesar dan paling terintegrasi tak hanya di Indonesia tapi sudah level dunia. Konsep integrasi dengan masyarakat merupakan filosofinya, yang pada akhirnya menjadi inti keyakinan perusahaan, dan inilah nilai yang menjadi fondasi Sambu Group, yang menjadikannya sukses sampai hari ini.

Terbaru, Sambu Group mendapat kesempatan bicara dalam ajang ‘50th International COCOTECH Conference and Exhibition’, yakni konferensi kelapa internasional terbesar yang diperuntukkan bagi perkembangan kelapa di dunia. Bertempat di Kuala Lumpur, Malaysia, kegiatan ini diprakarsai oleh Internal Coconut Community (ICC) berasosiasi dengan Ministry of Agriculture and Food Industries Government of Malaysia.

Dalam kegiatan yang berlangsung pada 7-11 November 2022, Sambu Group turut berkontribusi dengan menjadi salah satu pembicara pada seminar kelapa internasional tersebut yang bertema “Climate Change Adaptation and Mitigation Strategy for a Resilient and Sustainable Coconut Agroindustry”. Sambu Group yang diwakili oleh Dwianto Arif Wibowo, Corporate Communication Manager, membawakan judul “Promoting Climate Friendly Production of Coconut and Products”.

Dwianto Arif menyebutkan bahwa perubahan iklim merupakan fenomena yang perlu dihadapi bersama. Perubahan iklim memberikan dampak pada ekosistem kelapa, baik petani kelapa, maupun industri kelapa. Kenaikan suhu, naiknya permukaan air laut, anomali cuaca, curah hujan yang tak menentu, berdampak langsung pada produksi kelapa. Hasil panen kelapa yang tak memadai akan berpengaruh terhadap supply ke industri kelapa. Bersama, tentunya harus dilakukan mitigasi, sehingga perubahan iklim bisa diantisipasi dan dikelola dengan baik.

Katanya, guna melakukan transisi promosi produk yang ramah perubahan iklim, maka semua pihak bersama membuat strategi, yang diformulasikan secara inklusif dan tidak eksklusif. “Kita juga harus bisa mengelola pebedaan, dan juga melakukan alokasi sumberdaya yang tepat,” tutur Dwianto, seperti diwartakan Indopos.co.id, Selasa (8/11/2022).

Indonesia sendiri, katanya, memiliki tantangan dalam proses transisi mempromosi produk yang ramah perubahan iklim. Baik yang karena kurangnya kesadaran dalam memahami adaptasi atas perubahan iklim dari pemangku kepentingan kelapa, juga kesalahpahaman para pemangku kepentingan terkait tidak seragamnya peristiwa perubahan iklim itu sendiri. Lalu, tantangan lain adalah masih adanya regulatory lag, biaya produksi yang mahal, ketidakstabilan lingkungan, dan pajak serta tarrif yang belum berpihak pada ekosistem kelapa.

Menurut Dwianto, guna antisipasi dan mitigasi perubahan iklim, industri kelapa dituntut untuk mengimplementasikan program ESG (Enviromental, Social, and Governance). Dan, Sambu Group sendiri telah menerapkan prinsip ESG dalam praktik operasional perusahaan, baik untuk lingkungan, sosial, maupun kepatuhan atas berbagi regulasi. Sambu Group telah memiliki berbagai sertifikat dan penghargaan dari pihak independen dan pemerintah, sebagai pengakuan atas berbagai implementasi ESG yang dilakukan.

Ya, paling hangat, Sambu Group juga ambil bagian dalam pameran makanan dan minuman The Global Food Marketplace atau Salon International de L’alimentation (SIAL Interfood), dimana KARA Indonesia ikut serta dalam acara berskala internasional ini.

Pameran SIAL Interfood 2022 digelar pada 9-12 November 2022 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat. Menampilkan berbagai jenis produk unggulan. Mulai dari makanan, minuman, sampai peralatan dan aksesoris kuliner. Sedikitnya, ada 27 negara memamerkan produk mereka di acara ini. Salah satunya adalah KARA Indonesia.

Umumnya peserta SIAL Interfood 2022 adalah pelaku industri lokal. Selain bertujuan memajukan industri makanan dan minuman lokal, pameran ini merupakan bentuk realisasi program pemerintah Indonesia dalam memperkenalkan bahan baku asal Indonesia.

Menurut Direktur Utama PT Kara Santan Pertama (KSP), Martin Jimi, seperti dikutip dari merdeka.com, alasan KARA mengikuti gelaran ini adalah mendekatkan diri kepada partner bisnis potensial, baik secara B2B (business to business) maupun B2C (business to customer). “Melalui pameran ini KARA dapat memperkenalkan product range kepada pelanggan sehingga produk kelapa dapat teredukasi dengan baik,” katanya.