PTFI juga telah berhasil mengelola tailing, yakni konsentrat dan pasir sisa dari proses pemisahan batuan bijih. Tailing dialirkan ke kawasan dataran rendah dan pesisir, yang disebut Daerah Pengendapan Ajkwa yang Dimodifikasi (ModADA).
Merupakan bagian dari bantaran sungai yang direkayasa dan dikelola bagi pengendapan dan pengendalian tailing. Sistem pengelolaan ini adalah yang terbaik menurut kondisi geoteknik, topografi, iklim, seismik dan kualitas air di area kerja.
Volume Tailing kering yang dihasilkan dari pabrik pengolah bijih sela tahun 2023 sebanyak 69,2 juta metrik ton dan 75,8% sedimen telah terendapkan di dalam ModADA sejak 1997 – 2023.
Tailing bukan Bahan Berbahaya & Beracun (B3). Studi Ecological Risk Assesment meneliti efek tailing terhadap biota air, kesehatan manusia dan tumbuhan, menyatakan bahwa dampak lingkungan sesuai & konsisten dengan AMDAL.
Tailing telah dimanfaatkan untuk membangun infrastruktur seperti jalan, jembatan dan bangunan. Tahun 2021 Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggunakan tailing untuk pembangunan jalan nasional di Merauke.
Sebanyak 1.296.428 ton tailing telah dimanfaatkan untuk Tambang Bawah Tanah Big Gossan. 171.872 ton tailing dimanfaatkan untuk sebagai bahan baku
konstruksi sipil, 137.505 ton pemanfaatan oleh
internal PTFI, dan 34.367 ton pemanfaatan oleh masyarakat Timika dan pengiriman ke daerah lain di Papua.
Sementara di bawah payung PT Timah Tbk (TINS), juga telah dibuat rencana strategis dalam mendukung program hilirisasi. Pertama TSL Ausmelt Furnace. PT TIMAH mengoperasikan tanur produksi berteknologi Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace di Kawasan Unit Metalurgi Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung dengan kapasitas produksi 40.000 ton crude/35.000 ton ingot per tahun, biaya produksi
yang efisien dan ramah lingkungan karena dilengkapi wastewater treatment.
PT TIMAH memulai hilirisasi logam timah sejak tahun 2010 dengan mendirikan PT Timah Industri, di Cilegon, Banten yang memproduksi Tin Solder dan Tin Chemical untuk memenuhi kebutuhan pasar Amerika, India,
Tiongkok, Taiwan, dan beberapa negara Eropa.
Saat ini, PT Timah Industri memiliki tiga pabrik Tin Chemical dan 1 pabrik Tin Solder. Ke depan, Perseroan akan meningkatkan kemampuan entitas anak sehingga menyerap lebih besar produksi TIMAH.
Terakkhir di bawah tanggung jawab PT Vale Indonesia Tbk (INCO), rencana strategis dalam mendukung program hilirisasi juga sudah dilakukan. Pertama proyek pengembangan ke depan meliputi Proyek Sorowako Limonite dengan kemampuan produksi 60.000 ton nikel dalam MHP. Nilai total investasi – AS$2,0 miliar untuk HPAL dan tambang, dan memiliki estimasi proyek 2023 -2026.
Kedua, proyek greenfield Saprolite Morowali dengan kemampuan produksi 73.000 ton nikel dalam FeNi. Nilai investasi – AS$2,6 miliar untuk RKEF dan tambang dengan estimasi proyek: 2022 -2025.