JAKARTA – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku KH Abdulloh Latuapo mengajak LDII untuk memperkuat ukhuwah islamiyah dan membangun kerja sama sosial kemasyarakatan.
Hal ini disampaikan saat dirinya berkunjung ke Kantor DPP LDII di Patal Senayan, Jakarta, kemarin. Kunjungannya itu diterima oleh Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso didampingi Ketua Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD) KH Aceng Karimullah.
KH Abdulloh Latuapo mengatakan, keinginannya untuk bisa berkunjung dan bertemu KH Chriswanto Santoso sudah lama. Keinginannya itu untuk bisa mendengar dan memperoleh referensi terkait program-program LDII, untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang LDII di daerah.
“Saya merasa sangat senang sekali bisa bertemu dengan Pak Ketum dalam rangka sharing dan mendapat referensi terkait program kerja LDII yang kontributif. Dan itu kenyataan yang kami lihat. Itu perlu dipertahankan dan kami ingin meniru hal itu. Paling tidak menjadi bahan buat kami sampaikan di Maluku bila mereka bertanya kepada saya tentang LDII,” kata dia.
Dirinya bersyukur pertemuan kali ini betul-betul sangat bermanfaat karena banyak hal yang didiskusikan, pertama adalah soal ukhuwah.
“Kita itu adalah ummatan wahidah, adapun masalah organisasi itu merupakan media atau sarana tetapi tujuan kita adalah sama. Terutama kita hidup di Indonesia harus menjaga persatuan dan NKRI sudah menjadi harga mati untuk semua masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Dia menyebut pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus mengedepankan Islam Washatiyah atau moderasi beragama.
Hal itu merupakan suatu program yang sudah dicanangkan dari pusat hingga daerah. “Intinya adalah bagaimana kita bisa hidup aman dan damai sesama umat manusia. Terhadap saudara-saudara kita yang beragama lain harus saling menghargai dan menghormati,” ungkapnya.
Karena toleransi beragama, tambahnya, dalam agama Islam sangat dianjurkan. Namun, menurutnya terdapat batas-batas atau rambu-rambu dalam Islam, yakni _lakum dinukum waliyadhin_,
“Walaupun kita berbeda-beda terdiri berbagai suku, etnis, ras dan lain sebagainya, sesungguhnya kita ini adalah satu. Salah satu tugas kita adalah memberikan pemahaman bahwa keberagaman adalah anugerah Tuhan yang Maha Esa dan Sunatullah. Dan itu kita harus bisa menerima,” paparnya.
Selanjutnya, setelah saling menghormati, menghargai dan menerima keberagaman, yang perlu dilakukan adalah bekerja sama. Bisa bersatu dalam keberagaman dan perbedaan itu.
“Indonesia dari Sabang sampai Merauke terdiri lebih dari 17.000 pulau, Bahasa yang berbeda-beda, dan suku yang banyak dapat dipersatukan oleh kalimatussawa’ Pancasila. Artinya, dengan Pancasila keberagaman dan perbedaan itu dapat bersatu,” urainya.