Pembangunan Kelok 9 dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap I dimulai 2003 hingga 2011. Total anggarannya mencapai Rp350 mliar lebih. Sedangkan tahap II dimulai 2012 hingga 2013, dengan total anggaran mencapai Rp50 miliar. Tahap II meliputi pembangunan satu unit jembatan dan jalan penghubung serta pengerjaan fondasi jalan yang mengalami review design.
Dalam rentang waktu hampir 7 tahun (2003-2009), pembangunan Kelok 9 tersebut boleh dikatakan tersendat-sendat. Selama periode itu, total anggaran yang diturunkan hanya sekitar Rp200-an miliar. Masih butuh sekitar Rp400-an miliar lagi untuk menuntaskan Kelok 9 tersebut.
Sebab dari disain dan planningnya, biaya yang dihabiskan untuk pembangunan jembatan Kelok 9 itu berasal dari APBN mencapai Rp602,55 miliar. Jembatan memiliki konsep pembangunan ‘Nature and Engineering in Harmony’.
Dari 2010 hingga 2013, ketika Mulyadi dipercaya menjadi Wakil Ketua Komisi V DPR, dana APBN langsung didrop ke sana dalam jumlah besar. Dia ingin jembatan kebanggaan Sumbar itu cepat tuntas karena kehadiranya mendorong percepatan ekonomi di Sumbar, khususnya Limapuluh Kota dan Payakumbuh.
“Tidak hanya menjadi kebanggaan Sumbar, tapi juga kebanggaan Indonesia. Karena itu, Komisi V DPR terus mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di Kelok 9 dengan mengalokasikannya anggaran pembangunan tiap tahun,” kata Mulyadi saat dihubungi Singgalang.
Jika mengikuti skenario anggaran pemerintah tanpa intervensi DPR, apalagi Mulyadi menjadi wakil ketua Komisi V ketika itu dan punya hak diskresi sebagai pimpinan tentu sisa anggaran sekitar Rp400 miliar akan terealisasi selama 14 tahun kemudian. Dengan kata lain, Kelok 9, selesai dibangun pada 2024. “Lama betul rasanya. Sementara berbagai elemen masyarakat berharap Kelok 9 dituntaskan sehingga bisa dimanfaatkan,” kata dia.
Pada 2011 sekitar Rp150 miliar dana APBN didrop ke sana. Pada 2012 ditingkatkan menjadi Rp200 miliar. Di 2013 dialokasikan lagi Rp50 miliar guna pembiayaan review design fondasi jalan untuk penyesuaian konstruksi ramah gempa dan percepatan pengerjaan ruas jalan penghubung dan satu unit jembatan. Selain itu, Mulyadi tiga kali ke sini, memimpin kunjungan kerja Komisi V untuk memastikan penyelesaian Kelok 9 pada 2013.
Hal ini juga dibenarkan Dahler yang ketika itu menjadi Satker Pembangunan Kelok 9, Kementerian PU. “Pak Mulyadi begitu gigih memperjuangkan pembangunan infrastruktur Sumbar, termasuk Kelok 9 yang kini menjadi fenomenal,”sebutnya.
Menurut Dahler yang juga berperan pada tahap awal pembangunan meyakinkan Kementerian PU adalah Kepala Dinas PU Sumbar ketika itu (almarhum Hediyanto W. Husaini).. Apalagi dalam perjalanannya, saat Mulyadi menjadi Wakil Ketua Komisi V, dana APBD didrop besar untuk Kelok 9.
“Berkat pengalaman dan tangan dingin Pak Mulyadi sebagai politisi Senayan, skenario anggaran yang secara baseline terealisasi 14 tahun dapat dipercepat oleh Pak Mulyadi menjadi 4 tahun,” sebut wakil rakyat Sumbar, Nurnas yang sebelumnya malang melintang di dunia jasa konstruksi.
Apa jawab Mulyadi? “Alhamdulillah, saya sangat puas dan bahagia karena sekarang Jembatan Kelok 9 menjadi kebanggaan masyarakat Sumbar. Ini ikon baru Sumbar selain Jam Gadang sekaligus menjadi destinasi wisata baru,” sebut Mulyadi. (015)