BUKITTINGGI — Calon Gubernur Sumatra Barat (Sumbar), Nasrul Abit, mengatakan bahwa tidak terlalu sulit membangun Bukittinggi. Menurutnya, cukup dengan mengembangkan pariwisata, menata pasar, dan mendorong pertumbuhan produksi tekstil, perekonomian di Bukittinggi akan tumbuh dengan sendirinya.
“Bukittinggi ini kota pariwisata dan pusat tekstil sehingga pasar-pasar selalu ramai. Sektor ini harus didorong agar Bukittinggi maju,” ujarnya saat bersilaturahmi dengan milenial Bukittinggi di CK Center Kampung Cino Bukittinggi, Senin (9/11) malam.
Dari peninjauan ke beberapa pasar, Nasrul Abit melihat bahwa pusat keramaian di Bukittinggi perlu ditata. Ia menilai bahwa hal terpenting ialah memastikan pasar tidak becek dan pedagang tertata dengan baik.
Sebagai orang yang sudah lama berkonsetrasi pada pengembangan pariwisata, Nasrul Abit berpendapat bahwa daerah pariwisata seperti Bukittinggi lebih cepat berkembang dan bangkit pada masa pandemi Covid-19. Karena itu, pengembangan Bukittinggi perlu sinkronisasi antara Pemerintah Provinsi Sumbar dan Pemerintah Kota Bukittinggi.
“Ini soal kewenangan. Selama ini pemerintah provinsi tidak bisa masuk pada banyak bidang ke pemerintah kabupaten/kota. Kewenangan pemerintah provinsi hanya SMA, SMK, dan SLB; kelautan dan perikanan; kehutanan dan pertambangan. Bidang lainnya ada di bawah kewenangan pemerintah kabupaten dan kota. Ke depan saya akan kerja sama dengan bupati dan wali kota agar pemerintah provinsi bisa masuk untuk membantu,” tuturnya.
Kelebihan Bukittinggi daripada daerah lain, kata Nasrul Abit, ialah memiliki banyak objek wisata. Karena itu, wisatawan selalu ramai di kota itu, ditambah dengan industri tekstil yang berkembang pesat.
“Sekarang orang dari Padang saja ambil barang ke Bukittinggi. Sektor ini perlu didorong, seperti memberikan bantuan untuk UMKM, stimulan untuk koperasi, dan kepastian pinjaman modal,” ucapnya.
Nasrul Abit juga menyampaikan bahwa jika diamanahi menjadi gubernur, ia akan melibatkan milenial dalam berbagai bidang, misalnya dalam pengembangan pariwisata, UMKM, dan ekonomi kreatif.
“Milenial bisa ambil bagian, apakah itu jadi pemandu wisata, panjual online produk UMKM, termasuk memperbaiki kemasan produk sehingga bernilai jual tinggi,” ujarnya. (*)