PADANG — Calon Gubernur Sumatra Barat (Sumbar), Nasrul Abit, berpendapat bahwa bukan hanya wajah pariwisata di provinsi itu yang harus dibenahi, melainkan juga cara berpikir masyarakat sehingga tidak terjadi “main pakuak” terhadap pengunjung objek wisata.
“Selama ini saya sering mendapat keluhan soal ‘tukang pakuak’. Ini bukan persoalan baru. Ke depan, saya dan Indra Catri akan terus membenahi ini,” katanya, Senin (9/11).
“Main pakuak” di objek wisata, kata Nasrul Abit, bisa berupa tarif parkir, harga makanan dan minuman, serta tiket masuk. Biasanya hal itu terjadi pada hari-hari besar dan libur panjang.
“Ada yang melapor, baru sampai di objek wisata, belum sempat menikmati objek wisata, langsung diminta uang parkir. Inikan keterlaluan. Cara berpikir seperti ini harus kita benahi. Saya khawatir jika hal tersebut tidak segera diubah, pariwisata Sumbar dinilai buruk oleh pengunjung,” tutur Ketua Tim Pengembangan Pariwisata Sumbar yang sedang cuti pilkada itu.
Menurut Nasrul Abit, jika ingin objek wisata Sumbar menjadi tujuan utama wisatawan lokal dan asing, perlu ada cara untuk memberikan kenyamanan terhadap wisatawan, bukan malah memanfaatkan kesempatan dengan menetapkan tarif terlalu mahal.
“Dampaknya, lokasi itu bisa tidak dikunjungi oleh wisatawan di masa mendatang. Jadi, baik kepada warga sekitar, pelaku wisata, maupun pengelola wisata, lokasi wisatanya mau dikunjungi untuk tahun ini saja atau tetap dikunjungi hingga masa mendatang?” katanya.
Untuk mengatasi masalah itu, Nasrul Abit mengimbau pemerintah kabupaten dan kota untuk membentuk tim khusus pengawas pariwisata. Ia menjelaskan bahwa pengawasan tersebut akan dilakukan di semua sektor, mulai dari objek yang dikelola swasta hingga pemerintah, termasuk persoalan parkir. “Kalau kami terpilih, ‘tukang pakuak’ kami sikat,” ucapnya.(*)