Selama 25 tahun ke depan, PLN menurunkan 1,8 miliar ton CO2 dengan mempensiunkan 13 Gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Serta mengurangi 200 juta ton CO2 dengan mengganti 1,1 GW PLTU Batubara dengan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Dalam kurun waktu yang sama, PLN juga akan mengurangi emisi 2,4 juta ton CO2 dengan mengganti 800 Megawatt PLTU Batubara dengan dikonversi ke gas. Selain itu, PLN juga akan menurunkan 200 juta ton CO2 dengan membatalkan tanda tangan jual beli listrik (PPA) 1,4 GW PLTU.
Tidak hanya itu, Darmawan menambahkan, perseroan juga telah memiliki _roadmap_ transisi energi menuju NZE 2060. Salah satunya melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dengan menambah 51,6 persen atau 20,9 GW pembangkit EBT.
“Apakah itu sudah cukup? Masih belum cukup, Tadinya emisinya satu miliar ton di tahun 2060. Kita ubah menjadi _zero_ ton di tahun 2060,” tambah Darmawan.
Darmawan menegaskan PLN ke depan tidak hanya fokus di bidang kelistrikan tetapi juga mewujudkan upaya transisi energi di Indonesia.
“Tugas utama kami adalah menyediakan listrik. Namun ke depan, tugas utama kita juga menjaga lingkungan. Apa itu listrik? Ini salah satu produk kami,” pungkas Darmawan.
Sebagai informasi, IBEA 2023 merupakan ajang penghargaan bergengsi bagi perusahaan di bidang kelistrikan dalam negeri yang diselenggarakan oleh Majalah Listrik Indonesia sejak tahun 2015. (*)