Pandemi Covid-19 Ajarkan Edo Menjadi Warga Produktif

Oleh Waitlem

 

SOLOK – E. Oktazon Hendrik (25) tidak pernah membayangkan bakal jadi tauke (agen pengumpul- Red) sayur-sayuran begitu menyelesaikan pendidikan di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Begitu Wisuda pada Februari 2020, lowongan pekerjaan pun terbuka. Beberapa perusahaan memberikan harapan kepadanya. Bukan saja perusahaan multinasional, dua BUMN pun ia masuki. Gayung bersambut, syarat administrasi dipenuhi. Seleksi pun diikuti.

“Di dua BUMN, saya sudah mengikuti sampai tiga tahap, dari lima tahap yang bakal dilalui,” jelas E. Oktazon Hendrik, yang akrab dengan panggilan Edo ini, Jumat (6/11) di Aie Batumbuek, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok.

Hingga tahap ketiga, Edo merasa nyaman, ia lulus seleksi. Sementara beberapa pelamar lainnya sudah berguguran satu per satu. Jumlah yang ikut seleksi makin sedikit, menuju kuota yang ada.

“Pandemi Covid-19 datang melanda, proses seleksi terhenti tanpa kepastian,” ujar Edo.

Ia bimbang antara bertahan di Yogyakarta atau kembali pulang ke Ranah Minang. Dua BUMN dan beberapa perusahaan membuatnya ingin bertahan di Kota Gudeg ini. Mengapa tidak, tinggal satu dua langkah lagi, ia bakal menjadi karyawan BUMN atau karyawan perusahaan swasta.

“Saya mengikuti seleksi di beberapa perusahaan pada saat yang hampir bersamaan,” jelas anak ketiga dari empat bersaudara ini.

Hingga Mei 2020, jelasnya, ia masih mengikuti seleksi. Namun PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mulai diberlakukan, perusahaan pun menghentikan proses seleksi sementara waktu, tanpa batas waktu yang tidak ditentukan.

“Nanti akan dihubungi kembali! Hanya itu jawaban yang didapat,” jelas Edo.

Kasus Covid-19 terus bertambah. Apalagi ada yang meninggal karena terpapar virus corona. Bertahan di rantau hanya akan semakin sulit karena tanpa kepastian. Apalagi pekerjaan tetap belum ada. Semuanya masih dalam proses.