Tidak ada yang mudah di langkah awal. Itupun dialami Edo. Sayuran yang sudah dikumpulkan tidak segera diambil pedagang, sehingga dagangan menumpuk.
“Ketika sudah ada satu dua pedagang yang mampir dan membawa dagangannya, ia kian semangat, esok tentu akan ada pedagang lain yang mampir,” papar Edo, menceritakan bagaimana ia bangkit dari Pandemi Covid-19, Menuju Masyarakat Produktif.
Dugaannya benar, hanya pada 15 hari pertama, ia harus tertatih-tatih memasarkan sayuran yang dikumpulkannya dari beberapa petani.
“Setelah dua minggu berlalu, makin banyak pedagang yang datang untuk mendapatkan sayuran dari saya,” jelas anak ketiga dari pasangan Jon Hendrik – Erna Sofia ini.
Setelah tiga bulan berlalu, Edo mulai merasakan keputusannya pulang kampung. Kini belasan pelanggan sudah menunggunya. Pelanggannya merupakan pedagang yang datang dengan mobil Cold Diesel atau truk, yang akan memasarkan sayuran ke berbagai pasar tradisional di Sumatera Barat.
“Mereka berharap bisa mendapatkan tomat dan bawang dari sini,” ujar Edo kepada topsatu ketika melihat beberapa bus sayuran antre di depan gudang sayurnya.
Sejak sebulan belakangan, jelas Edo, nyaris tidak pernah lagi daganganya menumpuk di gudang. Kadang hanya dalam hitungan menit atau kurang dari satu jam, sayuran yang dikumpulkannya dari petani sudah berpindah tangan ke tangan pedagang antarkota dalam provinsi ini. Pedagang mulai antri, menunggu dagangan Edo.
Bukan saja dagangannya yang kian bertambah, dalam kondisi sulit karena Pandemi Covid-19 ini, Edo pun membuka lapangan pekerjaan kepada beberapa warga sekitarnya untuk mengumpulkan atau mengangkat dagangannya.
“Pandemi Covid-19 mengajarkan saya untuk lebih produktif,” aku jebolan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Edo tidak menduga, jika usaha yang dirintisnya ini mampu memberikan kesejahteraan kepadanya. Walau baru sekitar tiga bulan, Edo mulai merasakan hasil dari usahanya. Bukan saja membuka lapangan pekerjaan kepada warga sekitar, ia pun mulai menikmati hasil dari usahanya. (*)