Ketatnya aturan yang diberlakukan pemerintah, mulai dari pemerintah pusat sampai ke pemprov dan pemkab, terkait dengan AKB sebagai upaya memutus rantai penularan Covid-19, dan melorotnya perekonomian masyarakat, ditengarai menjadi penyebab masih minimnya wisatawan yang berkunjung ke Tanah Datar, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan lokal Sumbar.
‘’Selain meminta para pengelola destinasi wisata untuk ketat dalam menerapkan protokol kesehatan, kita juga meminta masyarakat yang mengunjungi objek wisata, hotel, dan restoran mendisiplinkan diri, di antaranya harus memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, dan melakukan pengecekan suhu tubuh,’’ katanya.
Di tengah masih jalan di tempatnya beberapa destinasi wisata andalan Luak Nan Tuo, kini berbagai upaya memperkenalkan objek baru juga terus dilakukan, baik atas inisiatif masyarakat bersama pemerintahan nagari, maupun yang diinisiasi langsung dari instansi terkait di lingkup Pemkab Tanah Datar.
Destinasi baru yang mulai dieksplorasi, diperkenalkan, dan dipasarkan di antaranya Puncak Aua Sarumpun dengan fasilitas yang terbilang lengkap. Ada pula objek wisata Burai Pakiah Na’ali di Nagari Sabu, Kecamatan Batipuah, dan sebagainya. Pemkab juga mulai merangkul perguruan tinggi untuk mengembangkan dunia kepariwisataan.
Pertanyaannya, apa kiat yang harus dilakukan, agar wisatawan bisa berkunjung ke Tanah Datar, tetapi mereka aman dari pandemi, dan tidak pula membawa wabah ke masyarakat pelaku kepariwisataan? Kita tunggu episode berikutnya dari jajaran pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya. (*)