PADANG-Prof. Dr. Eng. Ariadi Hazmi, ST., MT dan istrinya, Prof. Dr. Eng Reni Desmiarti, S.T., M.T mendapatkan gelar guru besarnya di tahun yang sama dan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Prof. Ariadi dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Unand dalam Bidang Ilmu Teknik Tegangan Tinggi Fakultas Teknik Unand pada Selasa (25/6) kemarin di Convention Hall Unand, sedangkan Prof. Reni adalah dosen Universitas Bung Hatta juga sudah meraih gelar profesor, dan rencananya dikukuhkan pada September mendatang.
Perjalanan proses pendidikan pasangan suami istri ini pun menarik. Prof. Ariadi dan Prof. Reni sejak menempuh jenjang S1 hingga S3 selalu berada di kampus yang sama. Saat menempuh jenjang S1, Prof. Ariadi mengambil jurusan Teknik Elektro, sedangkan istrinya mengambil jurusan Teknik Kimia. Seiring waktu, seiring jenjang pendidikan yang lebih tinggi, keduanya selalu berada pada kampus yang sama.
“S1 kami sama-sama di Unsri, S2 di ITB, dan kemudian S3 di Gifu Universitas Jepang,” kata Prof Reni, kemarin.
Prof. Reni bercerita, ia dan Prof. Ariadi kemudian menikah pada 1999. Ketika itu pula, setelah gelar S2-nya dari Institut Teknik Bandung (ITB) sudah di tangan, Prof. Reni mengajar di Universitas Bung Hatta. Yang kemudian Prof Ariadi diterima mengajar di Unand.
“Kalau satu kampus, jadi dekat terus. Bisa saling memotivasi,” kata Prof. Reni.
Dia juga mengaku, sedari kecil memang sudah ditanamkan mimpi untuk bisa bersekolah tinggi. Seperti mimpi orangtuanya juga yang ingin anaknya meraih gelar akademik tertinggi.
“Alhamdulillah mimpi orangtua saya terwujud,” tukasnya.
Dengan gelar profesor yang telah diraihnya ini, kata Prof. Reni, tantangan pun juga akan semakin besar. Mendapatkan gelar ini pun, katanya, bukan berarti berhenti berkarya.
Sementara itu, Prof. Ariadi mengaku senang dengan telah diraihnya gelar guru besar ini. Apalagi dengan selalu adanya istri yang ikut mendampingi perjalanan pendidikannya. Berada di satu kampus dengan istrinya adalah sesuatu yang sangat berharga baginya, karena selain bisa mendampinginya, Prof. Reni juga menjadi patner penelitian, rekan kerja dan lebih banyak waktu untuk berdiskusi.
“Sangat besar peran istri atas pencapaian ini,” kata profesor yang pernah menulis buku tentang Teknologi Plasma dan Konsep Dasar Teknologi Bioproses Edisi 2 ini.
Pengalaman menarik saat menempuh pendidikan bareng istri, kata Prof. Ariadi adalah saat mereka berdua kuliah di Jepang. Pola belajar di sana yang berbeda dengan Indonesia membuatnya harus menyesuaikan, dan dengan tekanan disiplin waktu. Namun hal ini bisa teratasi dengan adanya istri untuk memotivasi dan berdiskusi.
“Banyak pelajaran yang didapat saat belajar di negeri orang. Pengalaman di Jepang pun mengajarkan saya untuk pandai-pandai membaca situasi, dan pandai-pandai bergaul,” kata Wakil Dekan I Fakultas Teknologi Informasi Unand ini.
Setelah mendapatkan gelar profesor ini, dan dengan jabatan fungsional yang diembannya, Prof. Ariadi berharap bisa menciptakan hal yang lebih berkualitas dan mampu turut serta meningkatkan kualitas pendidikan serta membimbing mahasiswa.
“Semakin tinggi jabatan, tanggung jawab juga semakin besar dan tuntutan juga semakin banyak. Namun meningkatkan kualitas pendidikan memang harus diwujudkan,” pungkasnya.
Prof. Ariadi saat pengukuhannya kemarin menyampaikan orasi ilmiah berjudul Petir : Fenomena Alam, Bahaya dan Manfaatnya. Menurutnya, pengetahuan dan pemahaman tentang petir ini selain bermanfaat untuk meminimalkan kematian dan kerusakan fasilitas umum yang disebabkan petir, petir pun sebenarnya juga memberi manfaat bagi kelangsungan hidup manusia, yang perlu diketahui lagi manfaat petir dalam bidang-bidang lainnya.(wahyu)