Payakumbuh Mesti Berubah dari Kota Transit Jadi Kota Tujuan

Ketua DPRD Sumbar, Supardi saat acara Bimtek Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebudayaan Kota Payakumbuh, Sabtu malam (8/6) di salah satu Hotel Bukittinggi-ist

Bukittinggi – Payakumbuh yang selama ini merupakan kota transit harus bisa diubah menjadi kota tujuan. Jika tidak maka cepat atau lambat Payakumbuh akan menjadi daerah tertinggal.

Untuk menjadi kota tujuan, Payakumbuh memiliki potensi teramat besar, yakni adat budaya. Terbesar salah satunya adalah peradaban Maek dan banyak kekayaan budaya lainnya.

“Siapa bilang Payakumbuh tidak bisa berubah jadi kota tujuan, setanding dengan Bali dan Yogyakarta? Kita bisa jika kita mau, Payakumbuh punya potensi besar,,” ujar Ketua DPRD Sumbar, Supardi saat membuka acara Bimtek Peningkatan Kapasitas Pemangku Kebudayaan Kota Payakumbuh, Sabtu malam (8/6) di salah satu Hotel Bukittinggi.

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Payakumbuh selama ini ditopang oleh sektor UMKM dan kuliner. Ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi stagnan, bahkan cenderung menurun.

“Berdasarkan data BPS, Payakumbuh juga memiliki masalah kemiskinan yang mengkhawatirkan,” ujarnya.

Tingkat kemiskinan Payakumbuh berada pada posisi kedelapan dari total 19 kabupaten/kota di Sumbar. Sementara dari total tujuh kota di Sumbar, Payakumbuh berada pada posisi keenam.

Ia menilai, jika nanti pembangunan tol yang menghubungkan Sumbar Riau selesai maka pertumbuhan ekonomi Payakumbuh akan semakin terancam karena daerah persinggahan akan mengalami kekurangan kunjungan.

“Namun di lain sisi Tol itu harus, kalau tidak Sumbar akan menjadi semakin tertinggal dibanding provinsi lain,” tegasnya.

Oleh karena itulah, ia menilai Payakumbuh harus berubah dari daerah transit menjadi daerah tujuan.

“Ini berhasil dilakukan Banyuwangi. Dulu mereka kesulitan perekonomian, dianggap daerah santet dan sebagainya. Orang malas berkunjung, tapi sekarang ekonomi pesat, dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri. Mereka membuat festival hampir tiap bulan menyemarakkannya dengan permainan khas adat. Payakumbuh juga bisa seperti itu,” tegasnya.

Ia mengatakan jika peradaban Maek terbukti ada sejak 4000 sebelum Masehi, maka Payakumbuh akan dituju oleh banyak orang di dunia. Yang pasti para arkeolog bukan hanya berkunjung, tapi akan tinggal sementara di Payakumbuh untuk meneliti itu.

“Bayangkan saja, Malin Kundang saja yang jelas cerita fiktif mampu menggaet wisatawan. Apalagi peradaban Maek yang jelas ada buktinya. Bukti yang terungkap baru menhir, alias pemakaman, pusat kotanya dimana Belum. Ini luar biasa,” ujarnya.