PADANG – Pembacaan kembali cuplikan pidato dan puisi yang ditulis Soekarno serta menceritakan fragmen dari perjalanan Presiden RI pertama itu, jadi rangkaian kegiatan “Bulan Juni Bulan Soekarno” yang diinisiasi Badan Kebudayaan Nasional DPD PDI Perjuangan Sumatera Barat pada 25-30 Juni 2021.
Kegiatan budaya dengan mengambil tema “Merayakan Keragaman dan Kebersamaan untuk Indonesia Maju” itu, berjalan lancar dengan dukungan seniman tradisional dan modern.
“Perayaan yang dilaksanakan setiap bulan Juni ini, selain untuk mengenang Soekarno sebagai pejuang kemerdekaan, proklamator dan Presiden pertama RI, juga untuk mengaktualisasikan pemikiran-pemikiran beliau tentang negara bangsa,” ungkap Ketua DPD Perjuangan Sumatera Barat, Alex Indra Lukman di Padang, Senin (5/7/2021).
Menurut Alex, Soekarno telah meninggalkan jejak-jejak pemikiran dan perjuangan, dalam proses terbentuknya negara Indonesia, yang perlu dipahami kembali oleh generasi selanjutnya.
Ketua Pelaksana ‘Bulan Juni Bulan Soekarno’ PDIP Sumatera Barat, Edy Utama menjelaskan, pembacaan cuplikan pidato dan puisi yang ditulis Soekarno serta fragmen dari perjalanan Soekarno itu, juga dirayakan oleh komunitas dan seniman seni Minangkabau. Selain itu, juga melibatkan sejumlah generasi millenial dari berbagai etnik.
“Pandemi Covid19 yang masih cukup mencemaskan, seluruh rangkaian kegiatan perayaan ini dilaksanakan dengan penonton terbatas. Selain itu, juga dilaksanakan di berbagai lokasi di Sumatera Barat,” ungkap Edy Utama.
“Untuk menjangkau penonton yang lebih luas, semua rangkaian kegiatan direkam dengan video dan dapat ditonton melalui media virtual di youtube dan media sosial lainnya,” tambah Edy Utama.
Seniman-seniman seni pertunjukan yang terlibat membacakan cuplikan teks pidato dan puisi-puisi yang ditulis Soekarno adalah Armeynd Sufhasril, Syuhendri, Fauzul el Nurca, Muslim Nur, Noni Sukmawati serta sejumlah generasi millineal yang tergabung dalam Himpunan Banyak Kawan (HBK) yang dipimpin Angelique Maria Cuaca.
Sedangan, komunitas seni Minangkabau seperti Palito Nyalo dari Padang, Darak-Badarak dari Kota Pariaman, serta seorang pemain rebab Pesisir dihadirkan khusus menceritakan cuplikan kehidupan Soekarno ketika tinggal selama lima bulan di kota Padang. (benk)