TUA PEJAT – Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Sumatera Barat bersama Dinas Kesehatan Kepulauan Mentawai berikan pengobatan massal kepada masyarakat di Sipora Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai beberapa waktu lalu.
Pengobatan itu diselenggaran selama satu hari penuh dan berpusat pada Puskesmas Sioban dan SMPN 1 Sipora. Tercatat ada 336 warga mendapatkan pengobatan serta pemeriksaan kesehatan mata kepada 275 pelajar.
Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Merry Yuliesday menyebutkan, pengobatan yang dibantu 5 dokter spesialis serta tenaga kesehatan setempat itu untuk menunjukkan kepada masyarakat, bahwa pemerintah tak hanya berpangku tangan terhadap kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan tak hanya didapatkan bagi masyarakat yang berada di pusat keramaian saja, namun kesehatan juga selayaknya juga diberikan kepada mereka yang jauh dari pusat pengobatan atau daerah terpencil.
“Kita dekatkan pelayanan itu ke masyarakat. Mereka diberikan pengobatan. Misi kami mendekatkan pelayanan, supaya rakyat tau, ada pemerintah, lho. Pemerintah ini kan semuanya, bukan orang provinsi aja. Pemerintahan ada, buktinya tuh dokter spesialisnya ada disana untuk membantu masyarakat menjadi sehat,” ujar Merry di Padang (15/3).
Hal senada juga diungkapkan Wakil Bupati Mentawai, Kortanius Sabeleake. Dirinya menuturkan, tenaga kesehatan yang bertugas di dusun-dusun bekerja tak hanya menunggu pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, namun juga bertugas mendeteksi masyarakat yang mengidap suatu penyakit untuk diberikan pengobatan.
“Bagaimanapun, layanan kita di masyarakat, masyarakat yang merasakan. Percuma juga kita bicara, oh, petugas kita sudah ada di Dusun ini, di seluruh dusun, tapi masyarakat tidak merasakan bahwa kita ada. Mereka jemput bola turun ke lapangan. Kita, petugas kita di dinas seperti itu juga. Jadi, tidak menunggu, untuk tidak menunggu di rumah sakit, tidak menunggu di puskesmas, tapi kita yang sudah ada di dusun itu mencari, melihat, mendeteksi orang-orang yang sakit. Kalau sudah di tingkat dusun, kan sudah bisa kita deteksi. Paling kalau kita di dusun itu, sudah bisa diketahui siapa yang sakit, itu harus dikunjungi, dicek dan diobati,” kata Korta.
Dirinya juga mengimbau masyarakat untuk mengubah paradigma masyarakat yang beranggapan bahwa suatu penyakit berasal dari hasil perbuatan orang lain. Untuk mengubah paradigma itu sendiri, tenaga kesehatan pun musti sering melakukan diskusi bersama masyarakat tanpa terlihat menggurui.
“Kita ingin masyarakat kita itu semua, kalau mereka sakit, ingin merubah paradigma mereka, jangan dorong mereka macam-macam. Kita ingin, sakit apa pun, konsultasi kepada bidan kita, kepada dokter kita. Kan toh mereka sudah ada di tingkat dusun. Karna apalagi ada asumsi ini diguna-guna, ini dikerjain orang. Kita mengajak teman-teman kita, petugas kesehatan itu jangan hanya menunggu, jangan juga mengajari secara langsung, bapak harus begini, begitu. Jadi, diskusi. Diskusi kalau ini sakit, apa penyebabnya, itu hal-hal yang harus dibangun, pikiran petugas kesehatan kita, supaya mereka transformasi informasi pengetahuan kepada masyarakat,” tandasnya. (humas.sumbar*)