PULAU PUNJUNG – Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, terus melakukan langkah- langkah dalam upaya mempersiapkan infrastruktur dasar bagi pengembangan wisata sejarah di wilayah tersebut. Wisata sejarah merupakan salah satu pembeda di Kabupaten Dharmasraya dengan wilayah wisata lainnya di Sumbar.
Segala persiapan, baik berupa regulasi, perencanaan dan potensi pembiayaan sudah dilaksanakan sejak 2017 lalu dengan mengedepankan situs-situs sejarah peradaban sebagai ikon pengembangannya.
” Dalam pelaksanaannya, pihak pemerintah daerah hanya memiliki kewenangan mengembangkan kawasan penyangga, sementara kawasan inti yang merupakan koordinat kawasan situs tinggalan cagar budaya itu tetap dibawah kewenangan dan perlindungan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB),” ungkap Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga setempat, Benny Mandala Putra, Kamis (8/10).
Lanjut Benny, desain proyeksi pengembangan suatu kawasan menitikberatkan pada penguatan infrastruktur penunjang bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), berbasis kemampuan sebuah destinasi dalam menyerap tenaga kerja.
Yang terbaru adalah pembangunan kios pedagang di sekitar kawasan Cagar Budaya Candi Pulau Sawah, yang menelan biaya mencapai Rp 2,1 miliar atau menyusut dari rencana awal sebesar Rp 3 miliar lebih akibat adanya refocusing anggaran di masa pandemi Covid-19.
“Dharmasraya termasuk daerah yang beruntung karena disaat kelanjutan pembangunan di daerah lain terpaksa dihentikan, pihak pemerintah pusat masih mengupayakan pencairan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk daerah ini meskipun harus pembangunan lapangan parkir yang terintegrasi dengan kawasan inti dan penyangga harus ditunda dulu, ” terangnya.
Kata Benny lagi, Dharmasraya memiliki berbagai potensi wisata alam, dibuktikan dengan banyaknya peninggalan situs budaya, berupa Candi Padang Roco, Candi Pulau Sawa peninggalan kerajaan Dharmasraya Raja Adityawarman pada abad ke-13 Masehi.
Selain itu, Dharmasraya juga memiliki beberapa kerajaan kerajaan ternama lainnya, yakni Kerajaan Pulau Punjung, Sungai Kambuik, Kerajaan Sungai Dareh, Kerajaan Siguntur, Kerajaan Padang Laweh, dan Kerajaan Koto Besar.
“Hingga saat ini peninggalan sako, pusako berupa Rumah Gadang Kerajaan, serta arca-arca tua sisa peradaban kebudayaan hindu-budha masih berdiri megah sebagai tinggalan sejarah peradaban Kerajaan Dharmasraya di masa kejayaannya,” pungkasnya. (roni)