PADANG-Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk prasarana pelayanan dasar suatu kota. Keberadaan IPLT berdampak kepada penurunan pengaruh negatif dari limbah domestik rumah tangga, yaitu limbah tinja.
Sampai saat ini, Kota Payakumbuh berhasil menjadi kota sehat berturut-turut dan berhasil memperoleh predikat daerah bebas BAB sembarangan. Hal itu membuat semakin kuatnya keinginan pemerintah daerah menjadikan masyarakatnya menyadari pentingnya pengolahan limbah domestik.
Walikota Payakumbuh Riza Falepi, kepada wartawan, Selasa (30/3), mengatakan, dengan telah berfungsinya IPLT yang baru melalui bantuan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sumbar Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI yang ada di Kelurahan Sungai Durian, Kecamatan Lamposi Tigo Nagori, Pemko Payakumbuh semakin bertekad meminimalkan pencemaran sebagai dampak dari air limbah domestik (limbah tinja rumah tangga).
“Dukungan kementerian sangat membuat kita senang dan kita semua berharap kerjasama dan komunikasi yang sudah terjalin dapat terus ditingkatkan. Dengan tujuan mengoptimalisasi pelayanan publik di Kota Payakumbuh. IPLT sudah dibangun, pengelolaan selanjutnya ini adalah tantangan bagi kita semua,” ujarnya.
Menurutnya, limbah yang telah diolah di IPLT akan menjadi cairan yang bisa layak dibuang ke badan penerima seperti saluran dan sungai tanpa adanya zat pencemar lagi.
“Tidak mungkin limbah domestik atau tinja bisa diturunkan pencemarannya tanpa instalasi pengolahan. Dan ini telah kita lakukan di Payakumbuh. Ini merupakan program lingkungan yang kita rencanakan sebalumnya,” kata Riza.
Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kota Payakumbuh Marta Minanda, secara terpisah, mengatakan, meski IPLT Payakumbuh baru berjalan dua bulan sejak diresmikan. Namun karena sudah meningkatnya jumlah septic tank masyarakat yang sesuai dengan standar teknis ditambah dengan program Pemko yang sudah membangun septic tank bagi sekitar 4.000 rumah warga di Payakumbuh sejak 2017. Sampai-sampai saat ini sudah banyak antrian layanan sedot tinja yang masuk.
“Dalam melayani kebutuhan masyarakat Payakumbuh, pemko juga telah memberikan subsidi dalam pelayanan sedot tinja. Dibuktikan dengan pengenaan retribusi pelayanan sedot tinja kepada masyarakat hanya sebesar Rp130.000 saja, sementara itu untuk satu mobil layanan kita bisa menampung sebanyak tiga kubik lumpur tinja,” ucapnya.
Menurutnya, keberadaan IPLT bagi Pemko Payakumbuh sangat memberikan multiplier efek. Selain dampak kesehatan bagi masyarakat dengan meminimalisir pencemaran lingkungan akibat limbah domestik, ada keuntungan kecil lainnya yang bisa didapatkan yaitu nilai tambah dari output pengelolaan lumpur tinja, yaitu sedimen atau endapan.
Pemko Payakumbuh tengah menyiapkan sarana dan prasarana tambahan agar limbah domestik tersebut dapat terkelola dengan baik dan memiliki nilai tambah. Karena ada output berbentuk pupuk organik untuk tanaman tertentu yang dihasilkan dari sedimen yang telah diuraikan di pengelolaan IPLT.
“Lumpur tinja yang endapaannya bisa dijadikan pupuk hanyalah nilai tambah dari keberadaan IPLT kita. Untuk pemanfaatannya masih dalam tahap uji coba. Sejauh mana bisa dimanfaatkan, maka kita perlu belajar banyak ke daerah yang telah berhasil mengolah dan melakukannya,” terangnya.
Untuk mendukung itu, kedepan Pemko akan menambah besarnya kapasitas sarana hangar jemur sedimen (Sludge Drying Bed), sementara itu dari 30 kubik limbah yang diolah, ditaksir baru bisa menghasilkan maksimal kira-kira 5 kubik endapan perhari. 207