“Masih 51 persen di atas rata-rata dunia. Jadi ini evaluasi kita, ternyata di kota masih banyak yang harus dikejar minimal untuk sama dengan rata-rata dunia kalau bisa jauh lebih rendah lagi,” ucap Dewi.
Sedangkan data kematian di kabupaten menunjukkan tren yang lebih baik dari perkotaan, yaitu sebanyak 254 kabupaten atau 61 persen dari jumlah keseluruhan kabupaten di Indonesia memiliki angka kematian di bawah rata-rata dunia.
“Angkanya sudah lebih baik dibandingkan angka yang ada di kota. Namun, jika dihitung rata-rata secara nasional, angka kematian COVID-19 di Indonesia masih berada di atas rata-rata dunia. Hal ini menjadi pengingat bagi seluruh pihak untuk tetap berupaya menekan angka kematian dan meningkatkan angka kesembuhan,” ujar Dewi.
“Rata-rata kematian nasional masih di atas dunia, ini yang harus kita kejar bersama-sama bagaimana orang yang terinfeksi ini sembuh tidak kemudian meninggal,” tutur Dewi.
Selanjutnya Dewi menyampaikan perbandingan angka kesembuhan kabupaten/kota dengan rata-rata kesembuhan dunia yang saat ini berada di angka 68,12 persen. Angka kesembuhan di 41 kota dan 237 kabupaten di Indonesia berada di atas rata-rata dunia.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kerentanan kabupaten/kota dalam menghadapi COVID-19, diantaranya adalah jumlah, densitas, dan jumlah aktivitas penduduk, dan fasilitas kesehatan.
Terakhir, Dewi memberikan beberapa rekomendasi berkaitan dengan pencegahan dan penanganan COVID-19 di kabupaten/kota, yaitu harus memahami karakteristik kerentanan yang berbeda-beda di setiap kabupaten/kota, melakukan penyesuaian respons dan mitigasi, dan tetap waspada dan jangan lengah.
“Ini harus dipahami, kita harus bertanggung jawab ketika memutuskan untuk keluar dari rumah, kita tengah memutuskan untuk ada risiko yang harus dihadapi. Bukan hanya untuk diri kita sendiri tapi untuk keluarga dan juga yang tinggal di rumah sebenarnya,” tutupnya. (mat)