Setelah fase kampanye awal, perbedaan yang lebih mendalam antara kedua kandidat mulai terlihat, terutama dalam gaya kepemimpinan dan visi mereka untuk Sumbar.
Sementara terkait wakil, Taufik menyebut tetap memberikan kontribusi meskipun tidak sesignifikan bagi Calon Gubernur. “Dari Vasko bisa meraup suara dari pemilih Gen Z, tapi yang jelas kontribusi antara keduanya pastilah tidak sama,” ujarnya.
Di sisi lain, Taufik menyoroti pilihan Epyardi untuk menggandeng Ekos sebagai wakil. Menurutnya, langkah ini kurang tepat karena Ekos tidak cukup dikenal di kalangan pemilih.
Ekos baru muncul di Kota Padang dan bahkan di sana pun ia tidak terjaring sebagai calon wali kota yang kuat.
Epyardi akan lebih diuntungkan jika memilih tokoh yang lebih dikenal dan memiliki pengaruh di Sumbar 2, seperti Ganefri, Riza Falepi, atau Guspardi Gaus
“Dengan kondisi saat ini, Epyardi harusnya didukung oleh wakil yang memiliki kontribusi kuat, terutama di daerah Sumbar 2. Karena sosok Epyardi memang dikenal di Solok Raya, pengaruhnya di Sumbar 2 tidak terlalu dikenal,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Taufik menilai ada dua hal menarik dari Mahyeldi dalam Pilgub ini.
Pertama, jika Mahyeldi menang, maka ia akan mematahkan mitos bahwa PKS selalu kalah di Pilkada meskipun menang di Pileg.
Kedua, pasangan Mahyeldi-Vasko sama-sama berasal dari Agam, yang menurut Taufik, memberikan Mahyeldi kepercayaan diri lebih untuk memenangkan Pilgub.
“Mahyeldi-Vasko memiliki peluang besar untuk menang jika dilihat dari peta politik. Apalagi keduanya diusung oleh pendukung PKS dan Gerindra yang merupakan partai-partai besar yang memiliki basis suara kuat di Sumbar, meski kemenangan tetap tidak dapat dianggap mutlak.
Di tengah persaingan yang ketat, Taufik mengingatkan bahwa hasil Pilgub masih sangat bergantung pada dinamika politik yang terjadi hingga hari pemilihan.
“Peta politik selalu berubah, dan banyak faktor yang bisa mempengaruhi hasil akhir,” pungkasnya. (*r)