PADANG – Raihan Ariatama serius berselancar untuk mendapatkan Golden Ticket pada Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar 2024.
Bukti keseriusannya, ditunjukkan dengan mendaftar sebagai Bacagub melalui Partai Gerindra dan konsolidasi yang dilakukannya ke beberapa DPW partai politik yang ada Sumatera Barat.
Lalu siapa Raihan Ariatama? Raihan Ariatama pemuda kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat pada 25 Desember 1992, Ketua Umum PB HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) periode 2021-2023 ini, menyelesaikan S1nya di Fisipol Departemen Politik dan Pemerintahan UGM Yogyakarta (2016).
Kemudian meneruskan S2 Magister Ekonomi Pembangunan (2019). Selain menjadi Aktivis di HMI, perjalanan karir organisasinya sudah dimulai pada saat berkuliah.
Raihan aktif berkegiatan di organisasi pada tingkat fakultas dan universitas, organisasi pemuda (DPD KNPI Sleman, D.I.Y.) dan organisasi internasional (IIFSO).
Khalid Akbar. Advokat dan Pakar Politik Hukum 2Indos, mengatakan perkembangan pemberitaan media-media lokal Sumbar yang memunculkan Generasi Millenial pada pusaran bacagub Sumatera Barat, diantaranya Yuliandre Darwis, Fadly Amran, Zigo Rolanda dan Raihan Ariatama sebagai pemimpin alternatif beberapa hari belakangan ini, itu patut diapresiasi.
“Karena jika pemuda-pemuda minang sudah dipercaya, diperbincangkan dan digaungkan untuk memimpin teritorial Provinsi, berarti telah terjadi ‘Progresivitas Berfikir Politik’ pada masyarakat minang di Sumatera Barat,” katanya.
Kata Khalid, langkah-langkah politik Raihan, jangan hanya menjadi Safari Politik yang kosong isi dan pertunjukan seminar dialektika yang kosong makna.
“Raihan Ariatama sebagai insan cita yang mengemban misi keumatan dan kebangsaan harus membuktikan kepada para stakeholder penting yang akan mempengaruhi elektabilitasnya pada Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur 2024 bahwa dirinya,” katanya.
Raihan sebagai Millenial yang pernah berada di panggung aktivis nasional harus paham bahwa Sumatera Barat adalah Provinsi yang menggenggam agama Islam dan mengokohkan adat dalam menjalankan kehidupan sehari-seharinya.
Raihan harus mampu menawarkan, meyakinkan dan memberikan solusi kepada masyarakat dengan program-program yang dapat melindungi, mengokohkan dan mamajukan “Adaik basandi Syarak” bukan malah membenturkan antara keduanya, di tengah keharmonisan yang sudah lama menjadi kearifan lokal masyarakat Sumatera Barat.
Selain kedua hal diatas, penting bagi Raihan untuk mampu mengakomodir kepentingan minoritas non muslim yang ada di seluruh kota/kabupaten yang ada di Sumatera Barat dan memberikan perhatian khusus terhadap Pembangunan masyarakat dan Infrastruktur di Kabupaten Mentawai.