PADANG – Dipenghujung tahun 2019, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno bersama Kepala BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat Dwikorita Karnawati dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo resmikan penggunaan 15 salter dan sensor pemantau gempa bumi.
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti di Inna Muara Hotel Padang, Senin (23/12). Usai prasasti ditandatangani tujuh kepala daerah bersama ninik mamak lainnya ikut menandatangani nota kesepakatan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati kepada awak media di Padang mengatakan saat ini sudah dipasang 181 sensor pendeteksi gempa dan tsunami. Dan masih ada 13 lagi yang akan dipasang karena targetnya ada 194 titik alat yang dipasang di seluruh wilayah Indonesia.
“Ditahun 2019 Sumbar dipercaya menambah pembangunan shelter dan instalasi seismograf di 7 kabupaten, yaitu Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Agam, Lima Puluh Kota, Solok, Pesisir Selatan dan Solok Selatan,” katanya.
Dijelaskannya, target pembangunan jaringan seismograf adalah untuk dapat menghasilkan informasi dan peringatan dini gempa bumi yang cepat dan akurat. BMKG sebelumnya telah memiliki 176 sensor seismograf.
“Dengan penambahan pembangunan 194 sensor pada tahun 2019, maka hingga saat ini telah terbangun 370 sensor seismograf di seluruh Indonesia. Kabar baiknya, saat ini, diSumbar juga telah terinstal 50 sensor Earthquake Early Warning System(EEWS)yang tersebar di seluruh kabupaten kota se Sumatera Barat,” ungkapnya.
Kendati demikian khusus untuk sensor EEWS sebagai sistem peringatan dini gempa bumi masih dalam taraf ujicoba sehingga masih perlu kajian dan evaluasi. Ke depan, jika sistem ini berjalan dengan baik, akan dikembangkan secara masif untuk seluruh wilayah Indonesia.
“Bicara soal pengawasan alat-alat tersebut kita menghimbau masyarakat menyadari bahwa alat tersebut disiapkan untuk peringatan saat gempa bumi maupun bencana, maka dari itu mari jaga bersama. Namun untuk pemeliharaan secara teknis sepenuhnya tanggung jawab BMKG,” katanya.(rahmat)