PAINAN — Hujan baru saja reda. Matahari mulai menampakkan diri sudah condong ke Barat. Ombak di laut terlihat cukup tinggi. Kapal-kapal kecil yang berhenti di tepi pantai tampak terombang-ambing. Tak tentu arah dibawa ombak.
“Mau menyeberang, Pak? Kata seorang laki-laki muda berpakaian biru muda di bagian atas dan biru tua pada bawahannya.
“Rencana iya,” jawab Bapak yang membawa tiga anggota rombongannya.
“Beli dulu tiket di sini, Pak. Sepuluh ribu perkepala ditambah seribu untuk asuransi,” kata laki-laki muda tadi sambil menunjuk kepada dua orang temannya yang duduk sembari memang onggokan tiket.
“Amankah menyeberang ketika ombak sebesar ini?” Tanya si Bapak.
“Aman-aman saja, Pak,” timpal si pria muda.
“Soalnya saya bawa anak kecil. Ditambah lagi kami tidak ada yang pandai berenang. Saya lihat perahunya tidak menyediakan pelampung,” cecar si Bapak lagi.
“Jangan terlalu cemas, Pak. Dari tadi sudah banyak yang melintas kok. Tu lihat, orang tetap silih berganti untuk menyeberang,” terang pria muda itu lagi.