Oleh: Rizke Ademi
(Mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas)
Media massa adalah produk akhir dari masyarakat modern, yang sangat mempengaruhi sektor ekonomi, politik dan budaya.
Media massa tradisional seperti koran, radio, dan televisi hingga platform digital yang semakin marak, media massa memainkan peran penting dalam membentuk opini publik, membentuk opini publik, mengatur agenda masyarakat, dan berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi.
Berkembangnya industri media menjadi kekuatan finansial yang besar, sehingga kritik bermunculan, menuduh media massa melayani kepentingan politik dan ekonomi kelompok tertentu. Kritik ini menyatakan bahwa media massa telah menjadi alat bagi para kaum yang berkuasa atau borjuasi, memperkuat ideologi kapitalis dan membentuk individu menjadi konsumen pasif.
Selain itu, munculnya media sosial dengan gerakan postmodernisme semakin memperumit hubungan antara media, masyarakat, dan budaya. Oleh karena itu, saya disini akan mengkaji berbagai dampak politik dan ekonomi dari media massa, dan bagaimana kekhawatiran ini semakin besar dalam konteks media sosial dan postmodernisme.
Media Massa sebagai Kekuatan Politik dan Ekonomi
Media massa menjadi salah satu kekuatan yang paling berpengaruh dalam masyarakat modern, terdapat hubungan timbal balik yang kuat antara media massa dengan sektor ekonomi dan politik. Pengiklanan, perusahaan, serta entitas politik sering kali mempengaruhi persepsi publik terhadap isu-isu politik dan juga mendorong konsumsi publik.
Pada tahun 2022 saja, pendapatan global dari iklan di televisi, surat kabar, dan media digital melebihi $700 Miliar (Statista, 2023). Media massa juga dapat mempengaruhi keputusan konsumen, dimana untuk dapat mencapai jutaan orang, media massa dengan sangat mudah bisa menjadi alat promosi untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan citra merek (Kotler & Keller, 2016).
Dominasi media massa di bidang politik dan ekonomi telah menimbulkan banyak kritik. Banyak yang berpendapat bahwa media massa tidak melayani kepentingan publik, melainkan dikendalikan oleh sejumlah kecil perusahaan dan elit kaya yang membuat produk untuk memperkuat kekuasaan mereka. Menurut Noam Chomsky (1997), media massa bergerak sebagai “model propaganda” dimana arus informasi dikendalikan oleh kepentingan profit dan negara.
Sistem ini membuat media menjadi alat untuk mengutamakan keuntungan daripada kepentingan masyarakat. Beberapa kritik terhadap media massa yang paling menonjol adalah bahwa media massa berfungsi sebagai alat kaum borjuis, menyeret masyarakat ke dalam pola pikir kapitalis dan mereduksi individu menjadi konsumen pasif.
Menurut teori Marxis, kaum borjuis mengendalikan alat-alat produksi, termasuk produksi barang-barang budaya seperti media. Media massa tidak lagi berfungsi untuk mengasah kemampuan berpikir kritis atau mendorong otonomi individu, tetapi lebih cenderung menghasilkan konten yang bersifat konsumtif, bertujuan untuk menghibur dan mengalihkan perhatian publik dari permasalahan struktural.