LUBUK BASUNG – Walaupun masih dalam masa pandemi atau musim covid 19, namun permintaan batu bata merah atau tembok di Lubuk Basung dan sekitarnya, terus mengalami peningkatan.
Akibatnya pengusaha cetak batu bata kewalahan memenuhi permintaan konsumen.
“Permintaan batu bata akhir akhir ini meningkat, konsumen harus antri menunggu paling cepat selama delapan hari” kata seorang produsen W St. Pono.
Lubuk Basung terutama di Kampung Pinang adalah sentra penghasil batu bata merah.
Setidaknya terdapat 60 tungku pembakaran tanah yang dicetak menjadi tembok untuk bahan utama bangunan.
Masing masing tunggu memproduksi 8 ribu sampai 40 ribu bata bata sekali bakar.
Proses pembakaran tanah sampai masak menjadi batu bata bervariasi yakni antara 4 sampai 8 hari, tergantung jumlah batu bata.
Semakin banyak jumlah tanah cetak batu bata yang dibakar semakin lama prosesnya.
“Biasanya pelanggan memesan 10 hari sebelum batu bata dimanfaatkan, kalau pakai hari ini dipesan hari ini, tak bisa” kata Pono.
Tinggi nya permintaan batu bata, tidak serta merta mempengaruhi harga. Harga batu di Lubuk Basung berkisar antara Rp. 800 sampai 1.000,- tergantung ketebalannya.
“Harga kami Rp.950, sebab bata kami lebih tebal dan bakarnya lebih lama” ujar Pono.
Seorang pengusaha lain yang namanya juga Pono, Pono Bata dari Kampung Pinang membenarkan penjelasan St.Pono tentang tingginya permintaan Batu Bata.