Kemudian sentra IKM pengelolaan coklat di Padang Pariaman. Selama ini Sumbar menjadi salah satu penghasil kakao di Indonesia, terutama Padang Pariaman. Meski begitu, hasil kakao tersebut lebih banyak dijual dalam bentuk bahan baku. Tak banyak yang diolah langsung menjadi produk turunan. Untu itu pemerintah mengalokasikan anggaran Rp15,5 miliar pada tahun ini.
“Sekarang suda ada beberapa kelompok masyarakat mengolah kakao tersebut. Mereka membuat menjadi coklat yang bisa langsung di konsumsi, namun belum berproduksi rutin. Dengan adanya anggaran ini, kita berharap ini menjadi industri yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,”ujarnya.
Kemudian pengembangan IKM sentra logam/perbengkelan di Dharmasraya. Dharmasraya melihat daerahnya lebih tepat menjadi sentra logam dan perbengkelan. Sekarang sudah ada sejumlah kegiatan perbengkelan sudah berjalan. Kemudian anak-anak muda yang memiliki kemampuan untuk perbengkelan untuk dilatih dan bantu menjadi mandiri.
“Untuk Dharmasaraya tahun ini mendapat anggaran Rp29,2 miliar. Khusus untuk sentra logam. Ini cukup banyak, mudah-mudahan dapat melahirkan IKM yang mampu menyerap tenaga kerja,”tambah Asben.
Menurutnya, penetapkan Dharmasraya menjadi sentra IKM logam cukup logis. Selain tersedianya SDM, industri itu akan lebih produktif didukung dengan banyaknya usaha sektor perkembunan membutuhkan industri logam. Apalagi didukung dengan provinsi tetangga yang menjadi pasar IKM kelak.
Sementara Sijunjung menetapkan daerahnya menjadi sentra IKM pengolahan produk kesehatan, Garnicia. Garcinia adalah Asam gelugur yang selama ini terabaikan dan hanya terbuang begitu saja, kini dimanfaatkan menjadi sumber penghasilan baru bagi masyarakat. Tanaman ini biasanya tumbuh liar di hutan-hutan disekitar daerah ini.
Pusat pengolahan garcinia itu terletak di nagari Latang kecamatan Lubuk Tarok kabupaten Sijunjung. Di tempat ini, puluhan warga yang sebagaian besar ibu-ibu rumah tangga, mengolah daun dan buah asam gelugur menjadi teh.
Asam gelugur yang selama ini terabaikan dan hanya terbuang begitu saja, kini dimanfaatkan menjadi sumber penghasilan baru bagi masyarakat. Tanaman ini biasanya tumbuh liar di hutan-hutan disekitar daerah ini.
“Pemerintah mengalokasikan anggaran Rp6 miliar untuk mendukung berdirinya IKM untuk pengolahan Garnicia ini,”pungkasnya.
Diakuinya, dengan lahirnya Perda Nomor 14/2018 pengembangan IKM Sumbar menjadi terarah. Meski begitu, Sumbar tetap membutuhkan dukungan dan politikal will dari pemerintah pusat. (yose)